Di Tengah Pandemi Corona, Pemilu Mali Tetap Berlangsung

30 Maret 2020 16:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menggunakan masker saat mengikuti parlemen di Mali. Foto: AFP / MICHELE CATTANI
zoom-in-whitePerbesar
Warga menggunakan masker saat mengikuti parlemen di Mali. Foto: AFP / MICHELE CATTANI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi corona menghantam Mali. Namun, pemilu parlemen di negara Afrika Barat itu tetap berlangsung.
ADVERTISEMENT
Pemilu pada Minggu (29/3) dihelat untuk memilih 147 anggota parlemen. Di samping virus corona, krisis politik dan keamanan juga terjadi di Mali.
Pekan lalu, pemimpin oposisi Mali Soumaila Cisse, diculik ketika kampanye. Ia diduga diserahkan ke pemimpin ekstremis yang terkait Al-Qaeda oleh penguasa Mali.
Sementara itu, beberapa saat sebelum TPS dibuka, Mali mencatatkan korban jiwa pertama akibat corona.
Perdana Menteri Mali Boubou Cisse. Foto: REUTERS/Aaron P. Bernstein
Korban adalah seorang pria 71 tahun. Ia positif corona usai kembali dari Prancis.
Di samping itu, otoritas kesehatan setempat menyatakan, jumlah penderita virus corona di Mali mencapai 20 orang.
Kondisi seperti itu, diperparah dengan keadaan Mali sebagai negara miskin. Sebagian besar wilayahnya juga dikuasai pemberontak.
Dikhawatirkan, wabah corona sudah meluas di wilayah yang tidak dikendalikan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Terkait pemilu di tengah pandemi, Mali tidak merilis data partisipasi pemilih resmi. Beberapa lembaga independen menyebut, dari 19 juta populasi keseluruhan, yang ikut menggunakan hak pilih hanya sebanyak 7,5 persen.
Hal tersebut dikonfirmasi Perdana Menteri Mali, Boubou Cisse. Ia mengatakan, walau angka tidak tinggi namun penyelenggaraan pemilu cukup memuaskan.
"Saya sudah mengimbau kepada para pemilih untuk menjaga jarak dan memperhatikan sanitasi," ucap Cisse, seperti dikutip dari AFP.
Seorang pemegang suara di ibu kota Bamako, Souleymane Diallo, mengatakan mayoritas masyarakat takut memberikan suara. Pandemi corona dan krisis keamanan adalah alasan utamanya.
"Saya datang untuk memberi suara tapi saya khawatir," kata guru berusia 34 tahun itu.
"Kalian lihat di sini kosong, tak ada orang. Mungkin karena masih pagi, tapi mengejutkan juga bila ini terkait situasi saat ini," paparnya.
ADVERTISEMENT
*****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!