Dialog Kebangsaan untuk Konflik Horizontal di Luwuk Banggai

29 Agustus 2017 0:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi tawuran (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tawuran (Foto: Istimewa)
Konflik horizontal di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, masih belum usai. Berawal dari penganiayaan yang menyebabkan pegawai magang Damkar Kabupaten Banggai, berkembang menjadi konflik berkepanjangan.
ADVERTISEMENT
Penganiayaan yang terjadi pada Selasa (22/8) sekitar pukul 01.30 Wita lalu itu menyebabkan korban meninggal dunia. Diduga peaku dari suku yang berbeda. Pihak keluarga tak terima sehingga terjadi bentrokan antar kedua suku.
Pada Rabu (23/8), polisi menangkap terduga pelaku. Namun ketegangan antar kedua suku tampaknya belum mereda.
Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan, Polda Sulteng kemudian menggelar dialog kebangsaan untuk mencari solusi atas kondisi ini. Semua komponen pemerintahan dan masyarakat diajak bergabung dalam diskusi itu.
Kegiatan tersebut dipimpin Bupati Banggai dengan dihadiri Wakapolda Sulteng, Kasrem 132, dengan peserta rapat antara lain Forkominda Kabupaten Banggai, anggota DPRD Banggai, tokoh masyarakat masing masing suku yang di Kabupaten Banggai, perwakilan dua suku yang berkonflik, perwakilan media cetak, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
"Namun disayangkan masyarakat dari Kintom tidak mau hadir, bahkan menutup jalan Trans Sulawesi," ujar Martinus dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/8).
Mengetahui hal tersebut Wakapolda Sulteng langsung menuju lokasi penutupan jalan. Massa dibubarkan untuk membuka jalan kembali.
Pada sore hari sekitar pukul 15.30 Wita, massa yang berjumlah sekitar 500 orang melakukan aksi unjuk rasa di gudang kantor DPRD Banggai. Sementara di dalam gedung masih berlangsung acara dialog kebangsaan.
"Massa mulai anarkis dengan melakukan pelemparan kepada aparat yang melakukan pengamanan kegiatan pertemuan tersebut," ucapnya.
Aksi pelemparan batu semakin brutal, akhirnya aparat mengeluarkan tembakan peringatan dengan peluru hampa. Massa lalu membubarkan diri.
Namun tak lama kemudian, massa kembali melempar aparat dengan batu dan benda keras serta berteriak - teriak. Aparat kemudian mengeluarkan tembakan peringatan kembali disertai tembakan gas air mata. Akhirnya massa membubarkan diri.
ADVERTISEMENT
Polisi yang dibantu TNI kemudian mengamankan 18 orang terduga pelaku. Mereka diduga pelaku yang melakukan pengrusakan, membawa senjata tajam dan melempari petugas dengan batu.
Aksi ini menyebabkan seorang polisi mengalami luka lemparan di bagian kaki. Selain itu ada 5 warga yang mengalami luka-luka dan masih dirawat di RSUD setempat.
Barang bukti yang diamankan terdiri dari senjata tajam 4 anak busur dan 10 badik serta 17 sepeda motor. Saat ini situasi di lokasi sudah kondusif.
"Saat ini situasi sudah dapat dikendalikan, baik personel Polri serta masyarakat yang terluka juga sudah dapat dipulangkan setelah dirawat di RSUD Banggai," tutur Martinus.