Dianggap Berpakaian Kurang Sopan, Pelari Wanita di Yogya Dipukul Warga

5 Mei 2018 16:55 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Pelari perempuan dipukul warga di Yogya (Foto: facebook/Agus Susilo)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari perempuan dipukul warga di Yogya (Foto: facebook/Agus Susilo)
ADVERTISEMENT
Seorang pelari wanita mendapat perlakukan tidak menyenangkan saat mengkuti acara olah raga lari di Yogyakarta. Pelari tersebut dipukul oleh warga karena dianggap berpakaian kurang sopan.
ADVERTISEMENT
Aksi ini direkam dalam sebuah video dan viral di media sosial. Dalam video berdurasi selama 49 detik tersebut terlihat pelari wanita yang berpakaian kaus hitam dan celana pendek melintasi rute lari di sebuah kampung. Saat sedang berlari, tiba-tiba dia didatangi oleh sejumlah warga yang menegurnya karena berpakaian kurang sopan.
kumparan (kumparan.com) menelusuri video tersebut dan diketahui peristiwa itu terjadi di Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta pada Selasa (1/5) lalu. Pelari tersebut adalah peserta Lets Run with Physiotherapy Be Better & Healthy yang diselenggarakan oleh Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta untuk memperingati milad UNISA ke-27.
Ruhiyana, Ketua Milad sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UNISA, menjelaskan dalam acara lari itu terdapat bermacam kategori mulai dari umum, profesional, instansi dan civitas kampus itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pada saat lomba lari sampai di kilometer ke-2 terjadi peristiwa tidak menyenangkan tersebut. Oknum warga yang diketahui merupakan seorang kakek memukul pantat peserta lari wanita karena dianggap tidak berpakaian sopan.
Selain pelari wanita, ada juga pelari laki-laki yang ikut terpukul di bagian wajah karena mencoba melerai.
"Salah satu peserta sudah kita klarifikasi, maaf dipukul pantatnya. Mungkin itu oknum warga memperingatkan karena (peserta) dianggap memakai pakaian tidak layak, hot pants. Tapi itu tindakan (pemukulan) juga kurang pas lah," kata Ruhiyana.
Ruhiyana, Dekan UNISA (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ruhiyana, Dekan UNISA (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Setelah kejadian tersebut, pelari yang menjadi korban pemukulan itu memilih untuk tidak menyelesaikan lomba ke garis finis dan mengambil jalan lain.
Panitia sudah melakukan tindakan untuk mengatasi ini yakni dengan menghubungi perserta untuk menyampaikan permintaan maaf.
ADVERTISEMENT
"Mereka (korban) memilih langsung mengambil jalan lain, menyampaikan tidak mau ke area finish. Mereka menyampaikan tidak akan masuk ke kampus agar tidak menambah kericuhan," ucapnya.
Usai kejadian tersebut, panitia langsung melakukan klarifikasi ke padukuhan setempat. Ruhiyana menegaskan acara yang ia gelar sesuai dengan prosedur yang ada serta merupakan bagian dari kerja sama dengan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) DIY. Sehingga rute maupun pakaian yang ditentukan sudah sesuai standar atlet profesional, tetap sopan dan nyaman.
"Kemarin pada Jumat (4/5) ba'da Jumatan sudah bertemu tokoh di Mlangi. Sudah dibicarakan dan sebenarnya tidak perlu terjadi," katanya.
Ruhiyana menjelaskan pihaknya dan padukuhan sudah menganggap selesai permasalahan ini. Begitu pun dengan korban yang diketahui merupakan pelari profesional sudah tidak mempermasalahkan kasus ini.
ADVERTISEMENT
"Sudah dianggap selesai," pungkasnya.
Sementara terkait viralnya video, Ruhiyana menegaskan tidak ada pihaknya yang menyebar video tersebut. Dalam video tersebut sempat juga ada warga yang membawa kayu, namun menurut Ruhiyana kayu tersebut tidak digunakan.