Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Nama Aria Permana , bocah asal Karawang, Jawa Barat, sempat viral pada tahun 2016 lalu karena obesitas yang dialaminya. Kala itu pada usia 10 tahun Aria memiliki berat badan 192 kg.
ADVERTISEMENT
Akibat berat tubuhnya yang berlebih Aria hanya bisa terbaring lemah di rumahnya. Dia tak bisa pergi sekolah dan bermain bersama temannya lantaran tak kuat berjalan.
Tapi itu dulu. Tiga tahun berlalu, kini kondisi Aria telah berubah. Bobotnya turun hingga 108 kg.
"Sekarang beratnya 84 kg," kata ayah Aria, Ade Sumanti, kepada kumparan, Rabu (22/1/2020).
Butuh perjuangan panjang bagi Aria untuk bisa sampai pada kondisi ini. Banyak pihak, baik dari swasta maupun pemerintah yang kala itu ingin membantu Aria. Hingga akhirnya dimulailah program penurunan berat badan Aria pada tahun 2016. Aria dibawa ke RS Sadikin Bandung untuk menjalani program diet pengaturan pola makan. Selama 8 bulan, Aria hanya turun 8 kg, dan program ini dianggap tidak efektif.
ADVERTISEMENT
Program lain dicoba, yakni operasi pengecilan lambung. Program ini cukup berhasil, Aria mulai bisa mengurangi porsi makannya karena bila dia makan terlalu banyak efeknya akan terasa mual.
Selain itu, pola makan Aria juga diatur. Dia tidak boleh mengkonsumsi makanan berminyak dan minuman manis. Olah raga juga menjadi kunci sukses turunnya berat badan Aria.
Selama 3 tahun, Aria juga rajin berolah raga dipandu oleh binagarawan Indonesia, Ade Rai.
"Sudah dari 3 tahun yang lalu sama Ade Rai di gym-nya di Bandung. Untuk jadwal latihan tergantung kita, disesuaikan sama jadwal kontrol ke rumah sakit," ucap Ade Sumanti.
Penampilan Aria dengan berat saat ini 84 kg masih belum sesuai dengan target. Menurut Ade Sumanti, anaknya itu ditargetkan mencapai berat badan 75 kg dengan tinggi 164 cm.
ADVERTISEMENT
"Sekarang aktivitasnya sudah normal, tapi pola makan masih dijaga. Minumnya juga, tidak yang manis-manis," katanya.
"Saya lebih sekadar memotivasinya saja sebagai bagian dari orang-orang yang peduli akan perilaku sehat, terutama bicara dalam ikut berkontribusi mengurangi angka kelebihan berat badan, yang selama ini menjadi kontributor utama penyakit kronis dan prematur kematian. Semoga cerita Aria Permana menjadi pelajaran yang berharga bagi kita semua," tulis Ade Rai.