Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Dilema Pegawai Konveksi di Solo, Enggak Kena PHK tapi Gaji Berkurang Drastis
10 April 2020 12:23 WIB
ADVERTISEMENT

Yona, seorang buruh harian di salah satu pabrik konveksi di Kota Solo, Jawa Tengah sedang dilema. Di satu sisi ia bersyukur tidak kena PHK karena pabrik tempatnya bekerja mengurangi produksi, namun di sisi lain ia jadi harus bekerja ekstra dengan bayaran setengah dari gaji yang biasa ia dapat.
ADVERTISEMENT
Menurut Yona pabrik tempatnya bekerja biasa memproduksi kaos dan jaket, kini berubah memproduksi masker kain. Sehingga pihak pabrik mengubah sistem yang sebelumnya pegawai dibayar perbulan sebesar UMR Kota Solo, kini menjadi sistem borongan artinya pekerjaan dilakukan per tim.
Setiap tim yang terdiri dari 10-12 orang harus mampu memproduksi 1.000-1.500 masker kain per hari, dengan upah Rp 30.000-Rp 40.000 per orang.
“Jadi kami sekarang dipush untuk bisa bikin masker 1.500 per hari, kalau biasanya sebulan kami dapat gaji UMR Solo (Rp 1.900.000,-) sekarang perhari Rp 30.000-Rp 40.000, kalau ditotal sebulan hanya sekitar Rp 800.000,” kata Yona kepada kumparan, Jumat (10/4).
Yona mengaku, jam kerjanya menjadi lebih panjang karena pabrik menetapkan target padahal uang yang diperoleh hanya setengah dari gaji biasanya. Pihak pabrik tidak memaksa karyawan, namun Yona bingung ia tetap harus bekerja untuk menghidupi keluarganya di kampung.
ADVERTISEMENT
“Kan pabriknya pabrik kecil, bos saya bilang kalau tidak mau ikut sistem borongan ya dirumahkan, saya dilema juga karena kan saya punya anak dan menghidupi keluarga saya di kampung, kalau enggak kerja saya enggak punya penghasilan ya saya jalani saja dulu ini,” lanjut Yona.
Wanita berusia 27 tahun ini mengatakan, meski ia dan suaminya bekerja, mereka menjadi tulang punggung untuk orang tua mereka di kampung. Karena kedua orang tua mereka sudah lama tidak bisa bekerja. Ia berharap keluarganya mendapat bantuan dari pemerintah, karena selama ini keluarga mereka tidak terdata bantuan sosial mana pun.
“Orang tua saya di kampung sudah sepuh, saya dan suami menanggung biaya hidup keluarga juga, keluarga saya enggak didata dari bantuan manapun, malah tetangga saya yang kaya yang terdapat bantuan dari pemerintah,” lanjut Yona.
ADVERTISEMENT
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!