Din: Di Luar Negeri Demo 5 Orang Diperhatikan, Kita Ada Ribuan tapi Tak Didengar

12 April 2022 22:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di Masjid Kampus UGM, Selasa (12/4). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di Masjid Kampus UGM, Selasa (12/4). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Demo kerap terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Terbaru mahasiswa di berbagai daerah menggelar demo menolak wacana presiden 3 periode dan sejumlah isu lainnya pada 11 April 2022.
ADVERTISEMENT
Menanggapi banyaknya demo, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan demo telah dijamin oleh konstitusi. Meski begitu, Din menilai demokrasi di Indonesia berbeda dengan di luar negeri.
"Ini beda demokrasi di Indonesia dengan di luar. Banyak tempat di luar negeri ada 5 orang 10 orang berdiri dengan aspirasi itu langsung diperhatikan," kata Din ditemui di Masjid Kampus UGM, Selasa (12/4).
Menurut Din, demo di Indonesia meski dihadiri ratusan ribu orang tapi kerap tidak didengar. Malah justru sering menjadi konflik politik.
"Kita (demo) ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu nggak didengar, tapi nyaris menjadi sebuah konflik politik. Antagonisme, dan apalagi nanti kalau ada kejadian seperti kemarin (kekerasan) ya apa ya esensi demonya menjadi tenggelam," katanya.
ADVERTISEMENT
Dasko Gerindra, Gobel Nasdem, lowjd Golkar, dan kapolri temui mahasiswa. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Din mengatakan bahwa demo adalah ritual demokrasi yang dalam konteks di Indonesia dijamin oleh konstitusi. Khususnya pasal 28 tentang adanya kebebasan berpendapat dan berekspresi.
"Kalau mahasiswa kemarin atau terakhir ini di berbagai daerah bangkit menyuarakan saya melihatnya sebagai sesuatu yang bukan hanya wajar, tapi memang mendesak," katanya.
Din melanjutkan, ia juga merasakan bahwa saat ini banyak masyarakat yang merasakan kesusahan. Terutama dengan naik dan langkanya sejumlah kebutuhan pokok.
Rak minyak goreng di sejumlah minimarket dan swalayan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kosong, Sabtu (12/3/2022). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
"Terutama dengan langkanya bahan kebutuhan pokok minyak goreng, solar, dan lain sebagainya ini memang perlu disuarakan. Dan wakil rakyat, lembaga perwakilan rakyat seperti DPR kita memang tidak terdengar membicarakan menyuarakan itu nah oleh karena itu saya melihat sangat-sangat wajar adanya ekspresi demokrasi oleh mahasiswa seperti itu," katanya.
ADVERTISEMENT
Namun, Din mewanti-wanti agar tidak ada anarkis dalam menyampaikan aspirasi. Meski hal itu diakui masih susah dihindari di Indonesia.
"Tentu asalkan jangan anarkis. Dan jangan terprovokasi untuk berbuat anarkisme itu sering susah dihindari kalau demo di Indonesia," tutup dia.