Din Hadiri Community of Sant' Egidio di Paris: Agama Harus Jadi Solusi Peradaban

26 September 2024 8:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chairman of Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Prof. Dr. M. Din Syamsuddin dalam ceramahnya pada Konperensi Tahunan Community of Sant' Egidio di Paris. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Chairman of Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Prof. Dr. M. Din Syamsuddin dalam ceramahnya pada Konperensi Tahunan Community of Sant' Egidio di Paris. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Chairman of Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Prof. Dr. M. Din Syamsuddin menghadiri Konperensi Tahunan Community of Sant' Egidio di Paris yang digelar Selasa (24/9). Acara itu dibuka langsung Presiden Marcon dan Pendiri Komunitas Sant' Egidio Prof. Se. Andre Riccardi.
ADVERTISEMENT
Acara yang mengusung tema Imagine Peace (Perancis: Imaginer La Paix) itu dikuti seribu lebih peserta dari manca negara terdiri dari tokoh agama, cendekiawan, dan mahasiswa.
Dalam forum asosiasi awam Katolik yang didedikasikan untuk pelayanan sosial itu, Din bicara persoalan yang dihadapi peradaban saat ini. Dia mengatakan solusi dari semua persoalan itu adalah agama harus tampil.
"Terhadap kerusakan peradaban dewasa ini agama harus tampil sebagai solusi atau problem solver (penyelesaian masalah)," kata Din dalam keterangannya, Kamis (26/9).
Chairman of Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Prof. Dr. M. Din Syamsuddin dalam ceramahnya pada Konperensi Tahunan Community of Sant' Egidio di Paris. Foto: Dok. Istimewa
Menurut pengamatan Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN ini, selama ini agama lebih banyak tampil sebagai bagian dari masalah. Sebab, keberagamaan lebih berorientasi pada individualisme belum pada kesalehan sosial. Bahkan, sampai membiarkan meluasnya fobia dan genosida terhadap suatu agama.
ADVERTISEMENT
Padahal seharusnya, lanjut Din, keberagaman agama harus menampilkan paradigma etiknya untuk perdamaian dan peradaban kepentingan orang yang lebih luas.
"Agama-agama selama ini lebih banyak tampil sebagai bagian dari masalah (part of the problem) yakni dengan aneka masalah yang melilit sebagian pemeluk agama-agama seperti kemiskinan, kebodohan, korupsi, dan berbagai bentuk kekerasan," ujar Din.
"Ini disebabkan karena keberagamaan lebih berorientasi formal-ritualistik, belum etikal-operasional; keberagamaan lebih untuk meraih kesalehan individual belum kesalehan sosial. Agama-agama belum menampilkan paradigma etiknya untuk perdamaian dan peradaban. Umat beragama masih ada yang berdiam diri terhadap krisis lingkungan hidup, genosida, dan fobia terhadap pemeluk sesuatu agama," lanjutnya.
Dialog Antar Umat Beragama Harus Diimplementasikan dalam Aksi Nyata
ADVERTISEMENT
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menilai dialog antar umat beragama yang marak selama ini terhenti pada kata-kata, kurang berlanjut pada aksi nyata.
Menurutnya, dialog selama ini sesungguhnya masih bersifat dua-tiga monolog. Dialog antar umat beragama perlu bersifat dialogikal, yakni dialog yang berpangkal pada ketulusan, keterbukaan, keterusterangan untuk penyelesaian masalah.
"Harus diakui ada masalah di antara umat berbagai agama berupa persaingan untuk dominasi dan supremasi, akibatnya sesungguhnya ada ketegangan tersembunyi," ujar Din.
Chairman of Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Prof. Dr. M. Din Syamsuddin dalam ceramahnya pada Konperensi Tahunan Community of Sant' Egidio di Paris. Foto: Dok. Istimewa
Ketegangan tersebut, menurut Ketua Poros Dunia Wasatiyat Islam, kalau tidak diselesaikan, seperti kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan politik, akan menjadi bom waktu bagi konflik antar umat berbagai agama.
Terakhir, Din menuturkan, Konferensi Tahunan Komunitas Orang Awam Katholik Dunia berperan penting dalam merajut persahabatan antara para tokoh berbagai agama dunia.
ADVERTISEMENT
"Konferensi yang sudah dimulai pada awal 1990-an ini diadakan sekali di Italia, dan kali berikutnya di luar Italia. Pada 2025 konferensi akan diadakan di Roma, Italia. Terima kasih," tutupnya.
Dari Indonesia turut hadir KH Marsudi Syuhud, Wakil Ketua Umum MUI, Prof. Dr. Abdul Mu'ti, Sekretaria Umum PP Muhammadiyah, dan Anik Khamim Thohari, Sekjen Indonesian Conference on Religion for Peace (ACRP).