Dinkes Cianjur soal Siswa PAUD Meninggal Usai Vaksin: Radang Selaput Otak

28 Januari 2022 16:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, dr Irvan Nur Fauzi. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, dr Irvan Nur Fauzi. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur menegaskan kasus meninggalnya siswa PAUD berinisial ZL (6,5) bocah asal Kampung Rancabogo RT01/04 Desa Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat bukan diakibatkan vaksinasi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, dr Irvan Nur Fauzi mengatakan berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan Komnas dan Komda KIPI, serta Dinkes setempat penyebab meninggalnya ZL bukan diakibatkan vaksinasi COVID-19.
Disebutkan Irvan, bocah ZL meninggal dunia karena penyakit radang selaput otak yang telah lama dideritanya.
"Hasil dari investigasi menyebutkan bahwa ZL meninggal dunia, karena radang selaput otak yang dideritanya. Bukan, karena vaksinasi COVID-19 yang dijalaninya," kata Irvan, kepada wartawan, Jumat (28/1).
Irvan mengungkapkan, pihaknya terus mengedukasi dan mensosialisasikan kepada para orang tua untuk jujur terhadap vaksinator dengan kondisi dan riwayat kesehatan anak mereka.
"Para orang tua harus jujur terhadap vaksinator saat akan menjalani vaksinasi. Riwayat kesehatan anak agar disampaikan secara jelas," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, kasus meninggalnya seorang siswa PAUD, ZL (6,5) asal Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur, masih dilakukan investigasi oleh Komisi Daerah (Komda) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jawa Barat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, dr Irvan Nur Fauzi mengatakan Komda KIPI Jabar tengah menginvestigasi kasus meninggalnya siswa PAUD asal Kecamatan Pasirkuda usai menjalani vaksinasi COVID-19.
Disebutkan Irvan, pihaknya belum menerima keterangan resmi dari terkait perkembangan hasil investigasi kasus tersebut.
"Komda KIPI Jabar masih menginvestigasi kasus tersebut. Kita belum menerima laporannya, semoga saja cepat keluar hasilnya," kata Irvan.
Investigasi yang dilakukan itu, lanjut Irvan, di antaranya dengan autopsi verbal dari pihak yang diduga terkait dalam kasus tersebut. Termasuk keluarga pasien.
Irvan menyebutkan, untuk pelaksanaan screening yang dilakukan bagi anak tentunya berbeda dengan dewasa.
ADVERTISEMENT
"Hingga saat ini, pasien hanya memiliki riwayat stunting saja. Terkait dengan riwayat penyakit penyerta lainnya kita masih menunggu hasil investigasi," kata Irvan.