Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Unit Ambulans Gawat Darurat (AGD) Dinkes DKI Jakarta buka suara soal kabar ambulans di Jakarta sulit untuk menjemput pasien.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) Prof. Hindra Irawan Satari sempat mempertanyakan mengapa ambulans Jakarta susah mengambil pasien, padahal sudah jelas tersedia dan gratis.
Kepala Unit AGD Dinkes DKI, Winarto, telah menjelaskan bahwa mereka sudah memiliki hotline khusus bagi warga Jakarta yang membutuhkan ambulans gratis dengan segera, yakni 119 atau 112.
“Jadi kalau memang butuh ambulans atau ada kejadian gawat darurat, warga DKI tinggal telepon ke 112. Kalau memang terkait kesehatan dan butuh ambulans, pasti akan nanti dioper ke line kami di AGD. Kalau ke 119 memang langsung ke line-nya atau ke call center nya di AGD,” kata Winarto saat dihubungi, Jumat (21/5) malam.
Kalaupun lama prosesnya, kata Winarto, itu dikarenakan adanya pengoperan jalur telepon saat jalurnya sedang ramai.
ADVERTISEMENT
“Tapi kalau untuk di 119 itu sendiri, kalau jalurnya memang tidak ramai, jalurnya bisa langsung masuk ke hotline kami, SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) namanya,” jelasnya.
“Ya, tetapi ada beberapa, kadang kala [jalur telepon] masuk ke yang namanya NCC, call center yang ada di Kemenkes. Jadi telepon 119 itu masuk ke NCC, nanti baru akan didistribusikan atau di-dispatch, kalau memang masuk ranahnya di Jakarta, pasti langsung dilempar atau dioper ke 119 Jakarta,” lanjutnya.
Winarto mengakui bahwa jalur telepon ini cukup menghambat kecepatan mereka dalam merespons permintaan ambulans. Sebab, jika sedang ramai, jalur teleponnya cukup berliku. Jika menelepon ke 112 akan dioper ke 119.
Kalau menghubungi 119 dan sedang ramai, telepon bisa masuk ke NCC (National Casemix Center) milik Kemenkes, baru selanjutnya dioper ke jalur telepon AGD.
ADVERTISEMENT
Dinkes DKI, kata Winarto, menyadari hambatan ini dan kini, mereka tengah mengusahakan untuk mengoptimalkan mekanisme jalur telepon tadi, supaya tidak dioper-oper atau dilempar-lempar.
“Ya, kalau memang lagi agak traffic, memang agak lumayan menunggu. Karena kan tadi jalurnya [telepon], ya. Tetapi kami sekarang sedang berupaya untuk memperbaiki mekanisme jalur line telepon tadi, itu yang sedang kami upayakan. Kemungkinan untuk ke depannya, kami mengupayakan semacam kayak panic button atau tombol darurat untuk memangkas jalurnya 119 atau 112 ini,” ungkap Winarto.
Diketahui, hotline 119 ini adalah nomor darurat nasional. Dengan begitu, seluruh panggilan keadaan darurat akan tertuju pada nomor tersebut, dari daerah mana pun di seluruh Indonesia.
Jika terlalu banyak telepon yang masuk, jalur telepon emergency akan menjadi sangat penuh, sehingga layanan ambulans gratis di DKI Jakarta jadi sedikit molor.
ADVERTISEMENT
“Jika sedang tidak traffic mungkin bisa langsung masuk ke kami, langsung ke call center AGD. Tetapi mungkin jika permintaan sedang banyak, 119 itu nomor nasional ya, se-Indonesia. Anda kalau ke Bandung, nomor darurat yang bisa dihubungi, ya, ke 119. Anda di Kota Palu pun kalau hubungannya dengan emergency, ya, ke 119 itu,” ujar dia.
Ke depan, dengan inisiatif panic button yang telah dicanangkan Unit AGD Dinkes DKI, pasien-pasien yang segera membutuhkan layanan ambulans, dapat dijemput lebih cepat.
“Kita berharap dengan adanya tombol darurat tadi kami bisa lebih aktif untuk jemput bola, tidak harus ke jalur yang cukup panjang,” tutupnya.