Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dirjen Haji Bicara Kemenag untuk NU: Penyemangat Kader Gus Yaqut
31 Oktober 2021 11:49 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada Webinar RMI yang menyebut Kemenag hadiah untuk NU bukan umat Islam, mendapat kritikan luas.
ADVERTISEMENT
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Hilman Latief, membela Gus Yaqut dan menilai pernyataan itu sebagai cara memompa semangat kader-kader NU.
Sebagai aktivis Muhammadiyah, Hilman merasa tidak ada perbedaan perlakuan baginya dari Gus Yaqut yang NU dalam menjalankan tugas sebagai Dirjen PHU.
"Mungkin pernyataan tersebut sebagai bentuk penyemangat untuk kader-kader Gus Yaqut. Menurut saya, pernyataannya tidak usah menjadi polemik berkepanjangan. Apalagi itu sudah diklarifikasi," tegas Hilman di Jakarta, Minggu (31/10).
"Saya dan Gus Menteri kan sama-sama masih relatif muda. Jadi semangat kita selalu menggebu-gebu, terutama kalau sudah memberi semangat kepada kader-kader di ormas kita masing-masing," sambungnya.
Hilman mengaku, sejak kali pertama bertemu pada akhir September 2021 sampai saat ini, dirinya kerap berdiskusi dengan Menag secara terbuka dan hangat. Keduanya membahas tentang berbagai upaya untuk perbaikan kinerja dan layanan Kementerian Agama ke depan.
ADVERTISEMENT
"Meskipun saya sebagai kader Muhammadiyah, saya tidak melihat sikap atau perlakukan yang berbeda dari Pak Menteri terhadap saya. Justru kami sering berdiskusi tentang masalah-masalah keumatan, bagaimana kementerian agama bisa melayani berbagai kalangan secara profesional, cepat, dan inklusif," tuturnya.
"Alhamdulillah hubungan saya sebagai pejabat Kemenag yang berlatar belakang aktivis Muhammadiyah, tidak ada masalah dengan Pak Menteri. Diskusi sampai larut malam juga masih sering kita lakukan," sambung Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.
Bahkan, lanjut Hilman, dalam banyak kesempatan, Menag menyampaikan tentang pentingnya meritokrasi. Maksudnya, bagaimana agar sistem tata kelola birokrasi Kemenag ke depan, memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan, senioritas, dan sebagainya.
Apalagi, banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di hampir semua direktorat dalam rangka meningkatkan kinerja.
ADVERTISEMENT
"Gus Menteri beberapa kali berpesan kepada saya tentang pentingnya meritokrasi, inklusivitas, dan tidak diskriminasi dalam upaya peningkatan kinerja penyelenggaraan haji dan umrah," tandasnya.
Sebelumnya, Menag Gus Yaqut mengungkapkan sempat ada perdebatan dalam sejarah asal usul berdirinya Kemenag. Ia mengungkapkan ada sejumlah orang yang tidak setuju Kemenag hadir untuk melindungi semua umat beragama. Melainkan menjadi Kementerian Agama Islam karena merupakan hadiah negara untuk umat Islam.
"Saya bantah bukan, Kemenag itu hadiah negara untuk NU bukan untuk umat Islam secara umum tapi spesifik untuk NU. Jadi wajar kalau NU itu memanfaatkan peluang yang ada di Kemenag," jelas Gus Yaqut dalam webinar RMI PBNU dalam peringatan Hari Santri 2021, Rabu (20/10).
Gus Yaqut lalu menjelaskan berdirinya Kemenag atas dasar adanya pencoretan tujuh kata dalam Piagam Jakarta, atau yang kini dikenal sebagai sila pertama Pancasila. Dalam Piagam Jakarta sebelumnya tertulis: "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
ADVERTISEMENT
Ia menyebut pihak yang mengusulkan adalah orang PBNU, sehingga akhirnya lahir Kementerian Agama.
Setelah menuai kecamatan, Gus Yaqut mengklarifikasi pernyataan itu dimaksudkan bagi internal NU untuk memotivasi santri NU.
“Itu saya sampaikan di forum internal. Intinya, sebatas memberi semangat kepada para santri dan pondok pesantren. Ibarat obrolan pasangan suami-istri, dunia ini milik kita berdua, yang lain cuma ngekos, karena itu disampaikan secara internal,” terang Menag di Solo, Senin (25/10).