Dirjen Imigrasi: Data Center yang Baik Harus Punya Backup di Tempat Lain

29 Juni 2024 0:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Jenderal Imigrasi Kemenkumham Silmy Karim menjawab pertanyaan wartawan saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (28/6/2024). Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Jenderal Imigrasi Kemenkumham Silmy Karim menjawab pertanyaan wartawan saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (28/6/2024). Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
ADVERTISEMENT
Dirjen Imigrasi, Silmy Karim, menyatakan bahwa Pusat Data Nasional (PDN) merupakan data center berbasis cloud. Selain PDN, ada juga Microsoft Azur dan Google yang memiliki data center berbasis cloud.
ADVERTISEMENT
"Kita itu kan sekarang itu kan cloud istilahnya. PDN itu kan cloud. Cloud itu kan data center. Data center itu ada yang Microsoft Azur, terus Google, Google juga punya dan sudah masuk ke Indonesia," ujar Silmy dalam konferensi pers terkait Upaya Pemulihan Pelayanan Keimigrasian, dampak Server PDN Kominfo Down di Penang Bistro, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (28/6).
Ia mengatakan bahwa Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menjadi referensinya dalam urusan penyimpanan data. Salah satu contohnya yakni aplikasi Peduli Lindungi pada masa COVID-19.
"Tadi kan saya bilang nanya sama Menkes. Waktu Peduli Lindungi, dengan siapa, dijawablah. Ya, sudah saya berdasarkan reference orang yang berhasil saja," ucap Silmy.
Ia mengatakan, pihaknya ingin memiliki aplikasi maupun penyimpanan data yang tidak down. Sebab aplikasi Peduli Lindungi merupakan aplikasi paling sibuk saat COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Peduli Lindungi kan ketika pada masa COVID kan aplikasi yang paling sibuk. Kan kita pengin aplikasi kita tidak down. Makanya ketika kita terus meng-enhance sistem kita, otomatis pengin yang terbaik," tuturnya.
Hal tersebut lah alasan mengapa Imigrasi meminta replika kepada Kominfo pada April lalu. Sebab tak dijawab, Imigrasi membuat mirror dengan mendorong Pusdatinnya.
"Makanya kita minta replika, minta mirror. Masalah belum terjadi, belum dijawab, ya, intinya kita sudah push untuk itu. Tetapi kita punya yang pakai interval waktu," ungkap Silmy.
"Yang kita lakukan backup dengan satuan waktu. Mingguan, bulanan, dalam hal mem-backup itu," tambahnya.
Menurutnya, pusat data yang baik harus memiliki backup dengan sistem mirror. Sebab jika terjadi kejadian serupa dengan serangan ransomware di PDN, maka dapat di-backup ke mirror tersebut.
ADVERTISEMENT
"Pusat data atau data center yang baik harus punya mirror. Karena sewaktu-waktu di-hit di satu tempat, di tempat lain masih bisa backup," jelasnya.
Ia mengandaikan jika terjadi gempa di Surabaya, maka data di tempat itu bisa mengalami gangguan. Sehingga data harus diambil dari tempat lain.
"Kan misalnya kena nih, kita ngomong kosong aja, misalnya Surabaya kena gempa. Kira-kira akan ngambil data center di Surabaya atau mirrornya di tempat lain? Tempat lain kan? Bukan dasarnya permintaan. Memang harusnya ada. Yang namanya data center harus punya backup. Nah, masalah kita punya lagi, sudah lah lapis. Untungnya punya. Kalau enggak babak belur dah," pungkasnya.