Dirjen KLHK: Kolaborasi Peduli Lingkungan Penting, tapi Jangan Lupa Aksi Nyata

24 September 2024 16:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro. Dok kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro. Dok kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro mengingatkan masyarakat untuk melakukan aksi nyata dalam menjaga lingkungan. Menurutnya, kepedulian lingkungan di tengah masyarakat Indonesia sebenarnya sudah tinggi.
ADVERTISEMENT
Hal ini ia sampaikan saat menjadi pembicara kumparan Green Initiative 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (24/9). Ia menyebut, kesadaran lingkungan pada anak muda hanya sampai level pengetahuan.
“Jadi, tahun 2018 itu dilakukan penelitian di Yogyakarta terhadap anak muda yang kebetulan mereka ada program Adiwiata,” ujar Sigit.
Rundown Day 1 silde 2 kumparan Green Initiative Conference 2024. Foto: kumparan
“Dan penelitiannya memang menunjukkan mereka bisa mengidentifikasikan secara antusias sebagai sadar lingkungan. Tapi setelah diteliti mendalam, ternyata kesadarannya itu cuma pada level pengetahuan. Belum ditranslasi menjadi aksi yang nyata,” ungkapnya.
Ia menyebut, orang Indonesia memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi, namun tak diimplementasikan di kehidupan sehari-hari.
“Indonesia itu dari segi awareness-nya tinggi, tapi tidak embedded dalam perilaku yang sehari-hari,” tutur Sigit.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro saat menerima souvenir. dok kumparan
Ia memaparkan satu bukti yang merupakan hasil penelitian yang ia lakukan bersama anak didiknya mengenai uji emisi.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, masyarakat banyak yang setuju dengan kebijakan uji emisi kendaraan. Sayangnya, tak sampai 50 persen dari sampel penelitiannya yang benar-benar melakukan uji emisi.
“Jadi tahun-tahun ini kan kita lagi masalah polusi udara di Jakarta. Bagaimana uji emisi? Jadi ternyata 67 responden itu tahu mengenai uji emisi,” tutur Sigit.
“Tapi ketika ditanya apakah mereka melakukan uji emisi atau tidak, hanya 23 persen yang melakukan uji emisi,” lanjutnya.
Sigit tak mengkhawatirkan tentang kepekaan masyarakat terhadap lingkungan. Namun saat ini yang penting adalah bagaimana cara agar masyarakat benar-benar melakukan aksi nyata.
“Jadi sebetulnya yang diperlukan sekarang itu bukan di level awareness-nya, tetapi bagaimana me-translate awareness-nya itu menjadi aksi yang nyata,” jelas Sigit.

Gen Z

Tentu, untuk mewujudkan aksi nyata di masyarakat khususnya Gen Z, Sigit bersama KLHK telah meluncurkan beberapa program.
ADVERTISEMENT
“Dan barangkali ini strategi yang dilakukan oleh KLHK, yang disebutkan oleh Pak Wamen, kita ada Green Leadership, kita ada Adiwiata,” ungkapnya.
“Di masing-masing Eselon 1 KLHK itu punya program yang membuat mereka mengalami langsung di lapangan. Jadi ada program Green Leader itu bagaimana mereka dididik untuk membuat aksi-aksi lingkungan,” lanjut Sigit.
Selain itu, ada juga yang dinamakan program Green Ambassador. Program ini secara khusus bertujuan untuk mengirim representasi Indonesia di forum-forum internasional terkait masalah lingkungan.
“Ada Green Ambassador, kita pengin anak-anak muda itu tidak hanya berkiprah di level Indonesia, tetapi juga berkiprah di level internasional,” ujarnya.
“Jadi kalau kita bawa, misalnya kita pergi di WHO, di badan-badan internasional, biasanya representasi orang Indonesia itu nggak ada. Jarang sekali. Banyak India, Cina, kemudian Korea,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ia bersama KLHK membuat program ini agar Gen Z tak hanya mendapat pendidikan dan awareness isu lingkungan saja, melainkan mendapat pengalaman juga, agar isu lingkungan melekat dalam diri.
“Kita membuat experience, pengalaman, bagaimana sih caranya mendiplomasi lingkungan, dan sebagainya,” ujarnya.
“Jadi kita lebih ke hal tadi, tidak lagi hanya soal pendidikannya saja, awareness-nya tapi experience-nya untuk menjadi memorinya dia akan melekat, itu yang kita perlukan,” tutupnya.