Disebut dalam Pandora Papers, PM Lebanon Tegaskan Kekayaan Keluarganya Legal

6 Oktober 2021 0:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Libanon Najib Mikati Foto: REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Libanon Najib Mikati Foto: REUTERS
ADVERTISEMENT
Pandora Papers kini menjadi sorotan setelah dokumen keuangan itu bocor dan mengungkapkan penggunaan suaka pajak sejumlah kepala negara dunia untuk menyembunyikan aset mereka yang bernilai jutaan dolar AS.
ADVERTISEMENT
Salah satu pemimpin dunia yang namanya disebut dalam Pandora Papers adalah PM Lebanon Najib Mikati. Dikutip dari Reuters, Pandora Papers menyebut Najib Mikati memiliki perusahaan offshore di Panama bernama Hessvile, di mana dia membeli sebuah properti di Monako yang nilainya 7 juta Euro.
Laporan terkait kekayaan Najib Mikati diungkapkan organisasi berita Libanon, Daraj. Meski demikian, kantor PM Lebanon menjelaskan kekayaan keluarga Najib Mikati berasal dari komunikasi bisnis yang telah diaudit di masa lalu dan legal.
Pihak Najib Mikati mengatakan memiliki properti lewat perusahaan adalah hal praktik komersial umum yang legal. Kekayaan keluarga Najib Mikati diaudit ketika perusahaan komunikasinya terdaftar di London pada 2005 dan ketika perusahaan itu merger dengan perusahaan Afrika Selatan, MTN.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya Najib Mikati, Daraj juga melaporkan sejumlah temuan yang berkaitan dengan kekayaan tokoh politik dan bankir senior di Lebanon.
Meski demikian, Reuters belum bisa mengkonfirmasi laporan atau dokumen tersebut. Meski penggunaan perusahaan offshore tidak ilegal dan tidak membuktikan kesalahan sendiri, namun Daraj mengatakan pengaturan seperti itu dapat dimaksudkan untuk menyembunyikan sejumlah transaksi dari kolektor pajak dan otoritas lainnya.
Diketahui, investigasi Pandora Papers ini melibatkan 600 jurnalis dari media-media ternama seperti The Washington Post, BBC hingga The Guardian.
Jurnalis yang terlibat pada investigasi Pandora Post mendapatkan data dari 11,9 juta dokumen bocor milik 14 perusahaan jasa keuangan di seluruh dunia.
Dari jutaan dokumen itu muncul 35 nama pemimpin dan eks pemimpin dunia. Mereka diduga menyembunyikan asetnya yang diduga didapat dari hasil korupsi, pencucian uang dan pengemplang pajak.
ADVERTISEMENT