Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Disebut Joe Biden Diktator, Xi Jinping: Sejarah AS dan China Berbeda
16 November 2023 11:38 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Joe Biden masih menggambarkan Presiden China Xi Jinping sebagai pemimpin 'diktator'. Pendapat ini sempat disampaikan Biden di depan publik pada Juni lalu, saat kedua negara bersitegang akibat balon pengintai China memasuki wilayah AS.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, komentar tersebut muncul saat Biden ditanya wartawan apakah dia masih memandang Xi sebagai diktator seusai pertemuan bilateral mereka di California, pada Rabu (15/11).
"Yah, lihatlah dia, maksud saya dia adalah seorang diktator dalam arti bahwa dia adalah seorang pria yang menjalankan sebuah negara, sebuah negara komunis, yang didasarkan pada bentuk pemerintahan yang sama sekali berbeda dengan negara kami," jelas Biden.
Pada Juni lalu, Biden menyebut Xi sebagai seorang diktator menyusul insiden balon pengintai milik China yang beterbangan di atas fasilitas militer AS selama beberapa hari. Biden kemudian memerintahkan jet tempur untuk menembak jatuh balon tersebut — yang disebut Beijing sebagai respons 'berlebihan'.
"Alasan mengapa Xi Jinping menjadi sangat marah ketika saya menembak jatuh balon dengan dua mobil boks yang penuh dengan peralatan mata-mata adalah karena dia tidak tahu bahwa balon itu ada di sana," ujar Biden pada Selasa (20/6), seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
"Saya serius. Itu adalah hal yang sangat memalukan bagi para diktator, ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi," sambung dia.
Lantas, bagaimana respons Xi Jinping?
Terakhir kali bertemu tepat setahun lalu saat pelaksanaan G20 di Bali, Biden dan Xi kembali bertatap muka pada Rabu (15/11). Kini, di hadapan Xi, Biden menyampaikan apresiasi atas diskusi mereka yang dianggap lugas dan jujur.
"Bapak Presiden, kita sudah saling mengenal sejak lama. Kami tidak selalu sepakat, yang tidak mengejutkan siapa pun, tetapi pertemuan kami selalu jujur, lugas, dan bermanfaat," kata Biden, sebagaimana dikutip dari transkripsi yang dirilis di situs web Gedung Putih.
"Saya tidak pernah meragukan apa yang telah Anda sampaikan kepada saya dalam hal sifat jujur Anda dalam berbicara," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Biden kemudian menyinggung soal persaingan dan ketegangan antara China dan AS beberapa tahun belakangan ini. Ketegangan diperparah oleh perbedaan posisi mereka dalam menyikapi konflik global, seperti perang Rusia dan Ukraina serta perang Hamas dan Israel.
"Kita harus memastikan bahwa persaingan tidak berbelok menjadi konflik. Dan kita juga harus mengelolanya secara bertanggung jawab — persaingan itu. Itulah yang diinginkan Amerika Serikat dan yang ingin kami lakukan," kata Biden.
Di sisi lain, Xi mengakui bahwa hubungan AS dan China memang jauh dari kata stabil dalam beberapa dekade terakhir. Meski begitu, kata Xi, hubungan bilateral mereka tetap bergerak maju.
"Hubungan China-AS tidak pernah berjalan mulus selama 50 tahun terakhir ini, dan selalu menghadapi berbagai masalah. Namun, hubungan ini terus bergerak maju di tengah lika-liku," ucap Xi.
Xi kemudian menyinggung pentingnya bagi AS dan China sebagai dua negara besar untuk mengelola konflik, tanpa perlu saling bermusuhan akibat persaingan yang tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Seolah menyindir cap 'diktator' dari Biden dan politik luar negeri AS yang memaksakan hampir seluruh negara di dunia untuk menganut sistem pemerintahan 'demokrasi' — Xi menegaskan bahwa AS dan China terlahir dari sejarah yang berbeda.
"Ini adalah fakta obyektif bahwa China dan Amerika Serikat berbeda dalam sejarah, budaya, sistem sosial, dan jalur pembangunan," ucap Xi.
"Namun, selama mereka saling menghormati, hidup berdampingan dalam damai, dan mengejar kerja sama yang saling menguntungkan, mereka akan sepenuhnya mampu mengatasi perbedaan dan menemukan cara yang tepat bagi kedua negara besar untuk bergaul satu sama lain," sambung dia.
Xi juga mengajak AS bersama-sama melangkah menuju kesuksesan dalam menghadapi tantangan global, tanpa harus menjatuhkan satu sama lain. "Planet bumi cukup besar bagi kedua negara untuk sukses — dan kesuksesan satu negara merupakan peluang bagi negara lainnya," tutup Xi.
ADVERTISEMENT