Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Dita Pelaku Bom Gereja Surabaya Dikenal Radikal Sejak SMA
14 Mei 2018 13:07 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Ahmad Faiz Zainuddin, berbagi kisah soal sosok Dita Oepriarto, pelaku peledakan bom Gereja Santa Maria Tak Bercela di Surabaya pada Minggu (13/5). Ahmad mengaku mengenal Dita sejak SMA, hampir 30 tahun yang lalu, meski tidak akrab dan tidak pernah bertemu di sekolah.
ADVERTISEMENT
"Ya, beliau (Dita Oepriarto ) adalah kakak kelas saya di SMA N 5 Surabaya, beliau angkatan 1991 sedangkan saya 1995," ujar Ahmad Faiz saat dihubungi kumparan (kumparan.com) pada Senin (14/5).
Ahmad Faiz menyebut, dirinya tak mengenal secara dalam sosok Dita. Hanya saja keduanya pernah beberapa kali mengikuti pengajian bersama di luar sekolah saat Ahmad Faiz masih duduk di bangku kuliah. Dita cukup populer di kalangan Rohis SMAN 5 Surabaya, karena menurut Ahmad Faiz dia pernah menjadi ketua Rohis.
"Saya tidak pernah kenal dengan dia. Hanya saja, saya pernah ikut di pengajian semacam yang dia ikuti. Sepertinya Dita ini terus bertransformasi pindah ke pengajian yang lebih ekstrem lagi," lanjut Ahmad Faiz.
ADVERTISEMENT
Ahmad Faiz menyebut, berdasarkan cerita teman-temannya, Dita menolak untuk ikut acara upacara bendera. Sebab menurutnya hormat kepada bendera adalah perbuatan syirik.
"Dia menolak ikut upacara bendera karena menganggap hormat bendera adalah syirik, ikut bernyanyi lagu kebangsaan adalah bid’ah dan pemerintah Indonesia ini adalah thoghut," ujar Pria alumni Fakultas Ekonomi UNAIR ini.
Akibat dari menolak untuk mengikuti upacara bendera, Dita disebut kerap mendapat panggilan dari guru BK (Bimbingan Konseling). Dia juga mendapat cerita ini dari para senior yang juga anggota Rohis.
"Memang dia dipanggil guru BK untuk diajak diskusi, tapi kalau sebuah ideologi sudah tertancap kuat, seribu nasihat tidak akan masuk ke hati. Dan akhirnya pihak sekolah menyerah, toh dia tidak bertindak anarkis, bahkan terkenal cerdas, lemah lembut, dan baik hati," kata Ahmad Faiz.
ADVERTISEMENT
Ahmad Faiz menyebut dirinya tak kaget saat mendengar pemberitaan yang mengatakan bahwa Dita menjadi pelaku peledakan bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela.
"Saya sedih sekali akhirnya ini benar-benar terjadi, tapi saya sebenarnya tidak terlalu kaget ketika akhirnya dia meledakkan diri bersama keluarganya sebagai puncak jihad dia, karena benih-benih ekstremisme itu telah ditanam sejak 30 tahun lalu," ujar Ahmad Faiz.
Dia menyebut, sehari-hari Dita dikenal sebagai sosok yang supel dan ramah. "Almarhum sangat supel dan ramah. Bahkan sebelum terjadi peledakan beliau sempat salat Subuh di masjid dan menyapa tetangganya," tuturnya.
Namun begitu, pendapat lain diutarakan oleh teman satu kelas Dita, Jannes Silitonga, menurutnya Dita adalah tidak tampak menonjol. Dia juga tidak mengetahui secara pasti, apakah Dita merupakan anggota Rohis di SMA 5.
ADVERTISEMENT
"Dita anaknya biasa saja, seperti anak-anak lain pada umumnya. Dia suka musik dan pencinta alam. Sama saya itu, kami naik gunung bersama. Namun memang, saya tidak tahu apakah dia anggota IKS (rohis) atau bukan, tapi saat kelas 3 SMA dia memang terkenal aktif di musala," ujar Jannes.
Selain itu, Jannes mengatakan Dita tidak menampakkan perilaku aneh, tetapi Dita dikenal pendiam saat bertemu orang baru. Jannes mengenang, bahwa semasa SMA Dita sempat berkeinginan membuat band musik.
"Dita itu suka musik rock, dia juga pandai bermain gitar. Tapi enggak jadi (membentuk band) karena kan mungkin juga dia tidak serius," lanjut Jannes.
Jannes merasa terkejut dengan aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh Dita, terlebih melibatkan istri dan anak-anaknya. Dirinya juga menyampaikan, alumni SMA 5 Surabaya mengecam aksi yang dilakukan oleh Dita.
ADVERTISEMENT
Dalam aksi pengeboman di 3 gereja di Surabaya pada Minggu (13/5), Dita melibatkan istri dan keempat anaknya untuk melakukan aksi bom bunuh diri. Mereka tewas di lokasi setelah bom yang disematkan di tubuh mereka meledak.
Peta lokasi teror di Surabaya dan Sidoarjo.