news-card-video
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Dituduh Benci Trump, Dubes Afrika Selatan Ebrahim Rasool Diusir dari AS

15 Maret 2025 11:02 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dubes Afrika Selatan Ebrahim Rasool.  Foto: ANNA ZIEMINSKI/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Dubes Afrika Selatan Ebrahim Rasool. Foto: ANNA ZIEMINSKI/AFP
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat mengusir Duta Besar Afrika Selatan untuk Washington, Ebrahim Rasool. Menlu AS Marco Rubio pada Jumat (14/3) menuduh Rasool membenci AS dan Presiden Donald Trump.
ADVERTISEMENT
"Duta Besar Afrika Selatan untuk Amerika Serikat tidak lagi diterima di negara kita yang hebat," kata Rubio di media sosial X, dikutip dari AFP, Sabtu (15/3).
Rubio mengatakan Rasool adalah politisi yang menghasut berdasarkan ras yang membenci AS dan Trump.
"Tidak ada lagi yang perlu didiskusikan dengannya dan karenanya dia dianggap Persona Non Grata," ungkapnya.
Pengusiran duta besar adalah langkah yang sangat jarang dilakukan oleh AS. Tindakan ini merupakan perkembangan terbaru dari meningkatnya ketegangan antara Washington dan Pretoria.
Trump pada Februari membekukan bantuan AS untuk Afrika Selatan. Ia menuduh undang-undang di Afrika Selatan memperbolehkan tanah diambil dari petani kulit putih.
Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, tiba di Bandara Internasional Harry Reid untuk menaiki pesawat setelah melakukan perjalanan kampanye, Sabtu (14/9/2024). Foto: Alex Brandon/AP Photo
Minggu lalu, Trump semakin memperuncing ketegangan dan mengatakan petani Afrika Selatan diterima untuk menetap di AS setelah mengulangi tuduhannya bahwa pemerintah menyita tanah dari orang kulit putih.
ADVERTISEMENT
"Setiap petani (dengan keluarga!) dari Afrika Selatan, yang ingin melarikan diri dari negara itu dengan alasan keselamatan, akan diundang ke Amerika Serikat dengan jalur cepat menuju kewarganegaraan," kata Trump lewat platform Truth Social.
Salah satu sekutu terdekat Trump, Elon Musk, menuduh pemerintah Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa memiliki undang-undang kepemilikan yang terang-terangan rasis.
Kepemilikan lahan adalah isu yang kontroversial di Afrika Selatan. Sebagian besar lahan pertanian masih dimiliki oleh orang kulit 3 dekade setelah apartheid berakhir dan pemerintah berada di bawah tekanan untuk mengimplementasikan reformasi.
Saat KTT G20 di Afrika Selatan bulan lalu, Ramaphosa mengatakan dia melakukan sambungan telepon yang menyenangkan dengan Trump tidak lama setelah politisi Republik itu menjabat pada Januari.
Cyril Ramaphosa diangkat menjadi presiden Afsel Foto: Rodger Bosch/Reuters
"Namun, hubungan kami tampaknya agak renggang," kata Ramaphosa.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Rubio di media sosialnya menautkan sebuah artikel dari media konservatif Breitbart, yang menanggapi pernyataan Rasool dalam siaran langsung seminar kebijakan luar negeri.
"Dia mengatakan supremasi kulit putih memotivasi rasa tidak hormat Trump terhadap tatanan hegemoni dunia saat ini," kata laporan Breitbart.
Laporan itu juga menambahkan bahwa Rasool mencatat gerakan Make America Great Again merupakan respons supremasi kulit putih terhadap keragaman demografi yang berkembang di AS.
Rasool merupakan juru kampanye anti apartheid di masa mudanya. Ia juga mengungkapkan kemarahan terhadap pemerintah Israel atas perang di Gaza.
Dalam wawancara dengan situs berita Zeteo pada Februari, Rasool mengatakan apa yang dialami warga Afrika Selatan selama pemerintahan apartheid sangat parah di Palestina.
ADVERTISEMENT