Dituduh Dekat dengan Rusia, Pemimpin Gereja Ortodoks Ukraina Ditahan

3 April 2023 17:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Biara Kyiv Pechers Lavra Metropolitan, Pavlo dari Gereja Ortodoks Ukraina, yang dituduh terkait dengan Moskow, menghadiri sidang pengadilan, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di Kyiv, Ukraina 1 April 2023. Foto: Viacheslav Ratynskyi/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Biara Kyiv Pechers Lavra Metropolitan, Pavlo dari Gereja Ortodoks Ukraina, yang dituduh terkait dengan Moskow, menghadiri sidang pengadilan, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di Kyiv, Ukraina 1 April 2023. Foto: Viacheslav Ratynskyi/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang pemimpin gereja Kristen Ortodoks Belarusia terkemuka di Ukraina dijatuhi hukuman tahanan rumah selama dua bulan oleh pengadilan di Kiev.
ADVERTISEMENT
Dia dituding telah berada di pihak Rusia dan bekerja sama dalam keberlangsungan operasi militer khusus Moskow, sekaligus memicu terjadinya perpecahan agama.
Dikutip dari Al Jazeera, informasi soal penangkapan Metropolitan Pavel dengan nama asli Pavel Ponomaryov itu disampaikan oleh Gereja Ortodoks Ukraina (Ukrainian Orthodox Church/UOC) pada Sabtu (2/4).
Pihaknya bahkan mengatakan, pengadilan Kiev juga memerintahkan Pavel untuk mengenakan gelang elektronik selama menjadi tahanan.
Jaksa penuntut Yevhen Zavistovskyi berargumen, hukuman penahanan rumah dan keharusan mengenakan gelang elektronik itu merupakan tindakan pencegahan. Sementara itu pula, seiring dengan penahanan ini penyelidikan terhadap Pavel akan terus berlangsung.
Terkait hal tersebut, usai putusan pengadilan diumumkan Pavel kemudian berbicara kepada wartawan — mengaku bahwa dia tidak bersalah.
ADVERTISEMENT
Adapun keputusan dari pengadilan Ukraina muncul, ketika Kiev menindak UOC dengan dalih mereka adalah pro-Rusia dan bekerja sama dengan Moskow. Selama ini, UOC secara konsisten bersikeras bahwa organisasi keagamaan mereka setia kepada Ukraina dan mengecam invasi Rusia.
Namun, badan-badan keamanan Ukraina menemukan fakta sebaliknya — beberapa orang di dalam gereja tetap menjalin hubungan dekat dengan Moskow.
Kepala Biara Kiev Pechers Lavra Metropolitan, Pavlo dari Gereja Ortodoks Ukraina, yang dituduh terkait dengan Moskow, menghadiri sidang pengadilan, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di Kyiv, Ukraina, Sabtu (1/4/2023). Foto: Viacheslav Ratynskyi/Reuters
Badan-badan tersebut telah menggerebek sejumlah situs suci gereja dan menemukan foto-foto uang rubel (mata uang Rusia), paspor Rusia, dan selebaran berisi pesan-pesan dari uskup Moskow — sebagai bukti bahwa beberapa pejabat gereja justru setia kepada Rusia.
Badan-badan tersebut telah menggerebek sejumlah situs suci gereja dan kemudian memasang foto-foto uang rubel, paspor Rusia, dan selebaran berisi pesan-pesan dari uskup Moskow sebagai bukti bahwa beberapa pejabat gereja setia kepada Rusia.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Pavel yang merupakan kepala biara di Kyiv-Pechersk Lavra — situs Ortodoks yang paling dihormati di Ukraina, telah mengutuk Presiden Volodymyr Zelensky dan bahkan mengancamnya dengan kutukan.
TASS melaporkan, Pavel selama ini tinggal di sebuah rumah akomodasi di Kyiv-Pechersk Lavra, yakni kompleks biara berusia 980 tahun yang mana sejak 29 Maret pemerintah mendesak agar ditinggalkan lantaran dianggap telah melakukan sejumlah pelanggaran.
Sementara itu, selama menjadi tahanan Pavel akan tinggal dalam pengasingan sementara di sebuah desa yang berjarak sekitar 40 km di sebelah tenggara Kiev. Pavel mengaku, kondisi rumah tersebut tidak layak huni dan justru sudah terasa seperti penjara.
“Tidak ada tempat untuk tidur, tidak ada pemanas dan cahaya. Tidak ada dapur, tidak ada sendok. Tapi tidak apa-apa, saya akan menanggung semuanya,” ungkap Pavel. Pengadilan pun telah menolak izin Pavel untuk menghadiri kebaktian di gereja.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, sebanyak 61 pendeta UOC telah menghadapi kasus kriminal sejak awal 2022, yang mana tujuh orang di antaranya dinyatakan bersalah karena menjalin kontak dekat dengan Rusia.