Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Doa Terakhir di Tengah Berondongan Israel: Ampuni Aku Ya Rabb, Maafkan Aku, Ibu
8 April 2025 8:12 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
"Ya Rabb, ampuni aku. Ibu, maafkanlah aku. Aku tidak mengambil jalan ini kecuali untuk membantu orang-orang."
ADVERTISEMENT
Itulah doa dan pesan terakhir Rifat Radwan, tenaga medis Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), yang tewas akibat berondongan senjata militer Israel (IDF) pada 23 Maret 2025 di Gaza selatan.
Rifat tewas bersama 14 rekannya dan dikubur massal dalam kuburan dangkal oleh tentara Israel — untuk mengaburkan kekejaman mereka. Padahal menurut hukum humaniter internasional, fasilitas medis dan krunya dilarang diserang.
Seminggu kemudian, kuburan dangkal Rifat dkk ditemukan bersama bangkai ambulans PRCS yang semula mereka kendarai. Dari jasad Rifat, ditemukan ponsel yang kemudian diberikan kepada keluarganya.
Dari ponsel itu ditemukan video yang menceritakan detik-detik kekejian Israel membantai belasan tenaga kemanusiaan. Rifat di tengah gempuran sempat menyalakan tombol rekam. Kala itu, Rifat dkk sedang mengarah ke lokasi pemboman Israel untuk menolong para korban.
ADVERTISEMENT
Video itu diunggah di akun PRCS pada Sabtu, 5 April 2025.
Dalam video selama 6 menit, terungkap bagaimana tentara Israel memberondong tenaga kemanusiaan itu dengan brutal. Berondongan senjata seolah tak berhenti.
Pada detik-detik awal, Rifat memvideokan ambulans yang bergerak dengan atributnya. Lampu mobil dan sirene menyala tanda mereka sedang memenuhi panggilan darurat.
Kemudian satu ambulans terhenti dan keluar dari jalur setelah terkena serangan Israel. Tampak beberapa rekan dari ambulans yang lain turun. Tapi mereka juga diberondong.
Visual yang menampakkan suasana genting yang direkam Rifat kemudian berakhir. Yang terdengar hanyalah suara Rifat yang menjelaskan pasukan Israel mendatangi ambulans yang dikendarainya dan doa-doa terakhir Rifat disertai hujan peluru pasukan penjajah.
Doa Terakhir Rifat Radwan
Berikut ini potongan audio Rifat selama dua menit terakhir, dikutip dari TRT World, Selasa (8/4):
ADVERTISEMENT
Terdengar Rifat mengucapkan syahadat yang merupakan inti dari keimanan seorang muslim: Asyhadu allā ilāha illallāh, wa asyhadu anna Muḥammadan rasūlullāh (Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)."
Rifaat lalu mengucapkan istighfar, Astaghfirullāh (Aku memohon ampun kepada Allah).
"Astaghfirullah wa atubu ilayh (Aku memohon ampun kepada Allah dan aku bertobat kepada-Nya)."
"Ya Rabb aku bertobat kepada-Mu, ampunilah kami. Ya Rabb, jadikan aku termasuk orang-orang yang mati syahid."
"Ya, Rabb ampunilah aku dan terimalah tobatku."
"Ibu, maafkan aku, Ibu. Ibu, ini adalah jalan yang kupilih untuk menolong orang-orang, maafkanlah aku, Ibu. Demi Allah, aku tak memilih jalan ini kecuali untuk membantu orang-orang."
"Ya Rabb, terimalah tobatku."
ADVERTISEMENT
"Ya Rabb, jika Engkau telah menuliskan untukku kesyahidan, maka terimalah aku."
Lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).
Rifat kemudian membaca Surah Yasin ayat 9 untuk meminta perlindungan Ilahi, yang artinya:
"Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat."
Disambung Rifat membaca istigfar berulang-ulang. "Astaghfirullah wa atubu ilayh — Aku memohon ampun kepada Allah dan aku bertobat kepada-Nya.
Rifat kemudian membaca doa perlindungan lainnya. "Bismillāhilladzī lā yaḍurru ma‘asmihi syai’un fil-arḍi wa lā fis-samā’i wa huwa as-Samī‘ul-‘Alīm" (Dengan nama Allah yang bersama nama-Nya, tidak ada sesuatu pun yang dapat membahayakan di bumi maupun di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).
ADVERTISEMENT
Rifat kemudian menggambarkan suasana disertai suara tembakan tak berhenti: "Mobil sedang ditembaki dengan hebat."
Rifat kemudian bertakbir Allah Akbar berulang-ulang dan mengucapkan syahadat.
Dia kemudian mengucapkan kalimat talbiyah,"Labbaika Allāhumma labbaik (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu).
Rifat kemudian bertakbir "Allahu Akbar Kabīrā (Allah Maha Besar, sebesar-besarnya).
Rifat kembali memberi informasi di tengah berondongan senjata bahwa tentara Israel mendekati posisinya, "Orang-orang Israel datang."
Setelah berondongan senjata terdengar, tak lagi terdengar suara Rifat.
Klaim Israel yang Kemudian Diubah
15 Korban tewas terdiri dari 8 kru Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), 6 kru Pertahanan Sipil (seperti SAR), dan seorang staf badan kemanusiaan PBB.
Dalam rombongan ini, satu orang masih hilang dan seorang selamat setelah ditahan Israel berjam-jam.
ADVERTISEMENT
Israel semula berdalih bahwa yang mereka bunuh adalah anggota Hamas dan Jihad Islam yang memakai ambulans PRCS. Mereka disebut Israel mendekati posisi mereka dengan mematikan lampu tanpa pengenal, dan bergerak mencurigakan.
Namun, setelah ditemukan video dari ponsel milik Rifat yang terkubur bersama jasadnya, klaim Israel terbantahkan. Dalam video itu, terlihat detik-detik penyerangan oleh Israel kepada kru bantuam kemanusiaan.
Ambulans jelas-jelas memakai tanda pengenal untuk memenuhi panggilan darurat dengan menyalakan semua lampu dan sirenenya. Tak ada gelagat mencurigakan seperti tudingan militer Zionis.
Atas kemunculan video yang membongkar kebohongan Israel ini, Reuters melaporkan, militer Israel (IDF) mengubah pernyataan awal mereka dan mengatakan bahwa pihaknya tengah menyelidiki kasus ini.
Penyelidikan Independen
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tak ayal, serangan Israel pada kelompok penolong yang terlarang diserang ini memicu kemarahan publik Palestina dan luar negeri, termasuk dari Australia. Peristiwa ini harus diusut oleh penyelidik independen.
"Kematian pekerja kemanusiaan di Gaza tidak dapat diterima," kata juru bicara Menteri Luar Negeri Penny Wong kepada ABC.
"Pekerja bantuan harus dilindungi dan Australia mengulangi seruannya kepada semua pihak untuk mematuhi hukum humaniter internasional."
"Sudah sepantasnya ada penyelidikan menyeluruh dan independen. Mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban," lanjutnya.
Aksi di Indonesia
Protes atas serangan pada nakes Palestina juga datang dari para nakes Indonesia. Mereka mengadakan aksi pada Senin (7/4).
Aksi bertajuk "Protect Them: Lindungi Tenaga Kesehatan dan Relawan Kemanusiaan di Gaza" ini dimulai pukul 15.30 WIB di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, dan dilanjutkan dengan konvoi ambulans dari Patung Kuda menuju Bundaran HI.
ADVERTISEMENT
"Konvoi akan memutar sebanyak tiga kali sebagai bentuk penghormatan simbolik terhadap para tenaga medis yang gugur," ungkap peserta aksi dalam siaran pers.
Dijelaskan, kegiatan yang diinisiasi oleh Aliansi Rakyat Bela Palestina ini diikuti oleh ratusan peserta, terdiri dari perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kementerian Kesehatan RI, MER-C, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), serta masyarakat umum.
Peserta aksi membawa pesan-pesan kemanusiaan seperti bertuliskan "Lindungi Tenaga Kesehatan, Ambulans Bukan Target, hingga Gaza Urusan Kita Juga sebagai bentuk protes terhadap pelanggaran hukum humaniter internasional.