Doli Soroti Politik Uang Dianggap Wajar: Emak-emak ke TPS Kalau Ada yang Bayar

19 Desember 2024 16:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Komisi II DPR Ahmad Doli Kurnia di Setneg, Kamis (25/4/2024) Foto: Nadia Riso/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Komisi II DPR Ahmad Doli Kurnia di Setneg, Kamis (25/4/2024) Foto: Nadia Riso/kumparan
ADVERTISEMENT
Waketum Golkar Ahmad Doli Kurnia menilai saat ini warga semakin mewajarkan praktik politik uang. Hal ini terkai biaya politik yang mahal khususnya untuk Pemilu.
ADVERTISEMENT
“Masyarakat kita ini makin lama makin permisif (politik uang). Dan tindakan itu semakin masif,” kata Doli saat menghadiri survei Nagara Insititute, Jakarta, Kamis (19/12).
“Jadi tambah permisif, masif, dan hipokrit, Pak. Dan selalu yang disalahkan tuh elite. Iya kan? Betul memang tanggung jawab elite,” imbuhnya.
Doli mencontohkan, di daerah salah satu daerah, masyarakat justru malah enggan ke TPS apabila tidak ada “serangan fajar”. Hal itu juga yang menjadi salah satu faktor biaya tinggi pada Pemilu.
“Di kampung saya, pas Pilkada kemarin itu, ada ibu-ibu, di satu kampung nih, mereka pakai daster keluar jam 7 pagi, nunjukkin undangan,” ujar dia.
“Mereka bilang, ‘kami mau datang ke TPS kalau ada yang bayar. Kalau enggak, kami masak balik ke rumah’,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Eks Ketua Komisi II DPR itu menyebut, jika politik uang terus dibiarkan, maka moral bangsa akan dipertaruhkan.
“Itu barang yang maksud saya, yang saya bilang, politik biaya tinggi. Kenapa? Kalau kita biarkan terus menerus, at the end, moral bangsa ini akan hancur. Dan akhirnya apa? Kita akan, masyarakat akan memilih, calon atau memilih wakilnya yang tidak rasional, yang mungkin tidak kapabel,” tuturnya.
“Pada akhirnya, juga akhirnya, memarakkan korupsi. Karena dia akan balikin cari duitnya,” tutup Doli.