Donald Trump "Gatal" Ingin Invasi Venezuela, Berpikir Itu Keren

18 Juni 2020 11:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan tanggapan tentang pandemi virus corona atau COVID-19 kepada negaranya di Gedung Putih, Washington, AS. Foto: Doug Mills/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan tanggapan tentang pandemi virus corona atau COVID-19 kepada negaranya di Gedung Putih, Washington, AS. Foto: Doug Mills/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump beberapa kali menyatakan ingin menyerang Venezuela dan menggulingkan pemimpinnya, Nicolas Maduro. Namun langkah ini ditentang oleh para penasihatnya yang mengaku terkejut.
ADVERTISEMENT
"Gatalnya" Trump ingin menyerang Venezuela disampaikan mantan penasihat keamanan Gedung Putih John Bolton dalam bukunya yang akan terbit pekan depan.
Dalam buku berjudul "The Room Where It Happened: A White House Memoir", Bolton mengatakan bahwa Trump berpikir akan sangat "keren" jika AS menginvasi Venezuela, seperti dikutip dari New York Times, Rabu (17/6).
Ketegangan antara AS dan Venezuela tercipta setelah muncul pemimpin tandingan Nicolas Maduro, Juan Guaido. Trump hanya mengakui Guaido sebagai pemimpin Venezuela dan ingin menggulingkan Maduro yang dinilai otoriter.
Presiden Donald Trump (kiri) berbincang dengan John Bolton, penasihat keamanan nasional. Foto: Olivier Douliery / Abaca
Bolton mengatakan Trump berkali-kali menyampaikan ingin mengambil opsi militer untuk menggulingkan Maduro. Keinginannya ini mengejutkan para pejabat dan para petinggi militernya.
Setelah bertemu pada anggota dewan dari Partai Republik dari Florida, Trump akhirnya memutuskan memihak Guaido setelah sebelumnya menolak. Namun, dia masih gatal ingin kirim militer ke Venezuela.
ADVERTISEMENT
"Trump masih menginginkan opsi militer, memicu pertanyaan para Republikan Florida yang jelas-jelas terkejut, kecuali (Senator Marco) Rubio yang pernah mendengarnya dan tahu bagaimana membantahnya dengan sopan," tulis Bolton dalam bukunya.
Bolton kemudian menelepon Menteri Pertahanan sementara saat itu Patrick Shanahan dan kepala Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunfod. Semuanya sependapat dengan Bolton, bahwa invasi tak bisa dilakukan.
"Tidak ada dari kami yang berpikir opsi militer disarankan di titik ini," kata Bolton.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Foto: REUTERS/Manaure Quintero
Akhirnya, Bolton mengambil tugas untuk menyampaikannya kepada Trump, dengan nada satire menyebutnya "tugas mudah".
"Saya punya tugas mudah, menutupnya dengan mengatakan 'yang harus saya lakukan adalah mengatakannya,'" kata Bolton. Lalu Dunford merespons sambil bercanda, "'Tag, Saya juga!'"
"Setidaknya dia masih punya selera humor," kata Bolton.
ADVERTISEMENT
Bolton telah menjadi penasihat keamanan Trump selama 17 bulan sebelum dipecat pada September 2019. Dia beberapa kali terlibat cekcok dengan Trump karena berbeda pendapat dan hal ini tertulis lengkap dalam buku Bolton.
Trump murka dengan rencana penerbitan buku Bolton itu sehingga dia menggugatnya. Trump ingin menjegal buku itu terbit dengan alasan membocorkan rahasia-rahasia pemerintah Amerika Serikat.