Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dosen dan Jajaran Staf Universitas Bandung Belum Digaji Selama 7 Bulan
3 Januari 2025 2:00 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Nasib miris dialami sejumlah dosen dan staf karyawan yang bekerja di Universitas Bandung (UB). Mereka belum digaji selama berbulan-bulan.
ADVERTISEMENT
Staf Operator Akademik Universitas Bandung, Riki Hardiansyah (36) mengatakan, mereka terakhir menerima upah pada Juni 2024. Sejak saat itu, mereka belum menerima gaji lagi.
“Iya, masih belum sampai sekarang,” ungkapnya saat ditemui di Kampus 1 Universitas Bandung, Jalan Cipagalo Girang, Kelurahan Margasari, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung, Kamis (2/1).
“Kami itu terakhir menerima gaji bulan Juni lalu. Berarti sekarang sudah jalan 7 bulan,” ujarnya.
Dia mengatakan telah beberapa kali membahas perkara ini dengan pihak yayasan pengelola kampus, yakni Yayasan Bina Administrasi, tapi hingga sekarang tak ada buahnya. Setiap pertemuan, pihak yayasan hanya menjanjikan hari atau tanggal tertentu untuk pembayaran upah. Namun, realisasinya nihil.
“Kita pada bulan Oktober itu sudah coba audiensi sama pihak yayasan. Dijanjikan terus. Tiga pekan ke belakang, sudah rapat dengan pengurus pembina, yang diundang cuma saya dan pimpinan, dekan dan wakil dekan. Terus terakhir kemarin saya pribadi ditemani kawan saya ke rumah pengurus, itu jawabannya sama semua hanya menjanjikan ‘oh ya tanggal segini, tanggal segini’,” aku dia.
ADVERTISEMENT
Adapun total tenaga kerja saat ini di Universitas Bandung yang belum diupah ada sekitar 64 orang. Itu mulai dari dosen, sekuriti, hingga staf kebersihan.
“Dosen tetap itu ada sekitar 40 orang, staf ada 24 termasuk sekuriti dan petugas kebersihan,” ucap dia.
Mengenai besaran spesifik hak gaji per bulan yang mesti diterima dosen tetap Universitas Bandung, Riki menyebut Rp 2,5 juta. Adapun upah untuk karyawan non pengajar seperti sekuriti dan tenaga kebersihan menurut dia bisa di bawah nominal tersebut.
“Kalau per bulannya sebenarnya agak kecil sih. Rata-rata Rp 2,5 juta. Kalau sekuriti bisa lebih di bawah lagi,” bebernya.
Riki pun menjelaskan bahwa perkara ini berimbas juga kepada aktivitas pembelajaran di kampus. Sebabnya, sebagian dosen memutuskan mogok mengajar imbas tak kunjung menerima upah.
ADVERTISEMENT
“Untuk hal ini, kita kemarin coba cari dosen atau tenaga pengajar pengganti yang mau. Kita pun kan juga enggak bisa bilang (melarang) ke dosen-dosen itu. Karena memang dosen-dosen di sini juga kesusahan gitu kan, enggak dapat pendapatan,” ucapnya.
Untuk upah yang tak kunjung diberikan ini, Riki harap dapat segera ditunaikan oleh pihak yayasan. Sebab, bagaimanapun perkara upah ini berdampak pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari para pekerja.
“Harapannya dari pegawai soal ini, ya hak-haknya saja (dipenuhi),” katanya.
Dosen-Staf Universitas Bandung tak Terima Gaji Imbas Korupsi PIP?
Saat disinggung soal penyebabnya, Riki menyampaikan, pihak yayasan beralasan tidak cukup uang untuk menggaji pegawai buntut kasus korupsi Program Indonesia Pintar. Pada 26 November 2024, Kejaksaan Negeri Bandung telah menetapkan mantan Rektor Universitas Bandung berinisial BR sebagai tersangka.
ADVERTISEMENT
BR jadi tersangka karena diduga menilap dana Program Indonesia Pintar (PIP) tahun 2021-2022 untuk kampus Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STAI) Bandung. STAI Bandung merupakan nama kampus tempat BR menjadi rektor pada periode tersebut. Kampus itu bergabung dengan Poltekkes YBA Bandung dan menjadi Universitas Bandung pada tahun 2023.
Dampak dari kasus ini adalah penutupan Fakultas Administrasi dan Bisnis, pada Mei 2024 lalu, yang dulunya STAI Bandung. Sekitar 2.000 mahasiswa disebut terpaksa harus pindah kampus. Selain itu, kucuran dana PIP pun disetop.
Sedangkan uang gaji dan operasional kampus mengandalkan iuran semester dan dari bantuan dana tersebut.
“Mei itu diputuskan 3 prodi yang di Muararajeun yang bekas STAI Bandung itu ditutup. Karena memang terbukti di sana mungkin kaya kuliahnya bisa dibilang banyak mahasiswa fiktif,” beber Riki.
ADVERTISEMENT
“Nah dari situ karena memang kebanyakan yang mahasiswa terdaftarnya penerima PIP,” ucapnya.
“Ya uang itu enggak cair dan mahasiswa terpaksa pindah karena kampus ditutup, otomatis enggak ada pemasukan ke yayasan,” kata dia.
Riki pun menyebut, audiensi dengan pihak kampus akan kembali dilakukan dalam waktu dekat dengan pihak yayasan. Tidak hanya untuk menyoal gaji, tapi juga dampak lainnya, seperti terkait kelembagaan kampus Universitas Bandung dan kegiatan pembelajaran mahasiswa yang terganggu.
“Nanti tanggal 6 Januari kami rencananya akan audiensi dengan yayasan dan orang tua mahasiswa. Untuk membahas ya itu tentang kuliahan, nanti dari staff juga yang masalah gaji,” ujarnya.
Akui Ada Kendala Gaji Dosen-Staf, Yayasan: Sedang Usahakan
Terpisah, Ketua Umum Yayasan Bina Administrasi (YBA), Uce Karna Suganda, mengakui terdapat masalah pembayaran upah di Universitas Bandung. Dia menyebut, hal itu memang dampak dari penutupan Fakultas Administrasi Bisnis yang diketahui imbas kasus korupsi PIP.
ADVERTISEMENT
Selepas Fakultas Administrasi Bisnis ditutup, Uce mengatakan pihaknya kehilangan pendapatan. Ada tiga prodi yang ditutup yakni Prodi Administrasi Publik, Prodi Administrasi Bisnis, dan Magister Administrasi Publik.
“Bayangkan 2.000 mahasiswa tidak ada, pendapatan dari mahasiswa tidak ada. Ditutup 2023, mau bayar dari mana?” katanya saat dihubungi via telepon, Kamis (2/12).
“Tapi ini saya sedang usahakan,” sebutnya.
Dia mengatakan, jumlah mahasiswa yang di Fakultas Kesehatan Teknik, hanya tersisa sekitar 300 orang. Pendapatan dari iuran semester di fakultas tersebut tidak cukup menutup beban upah dosen dan staf.
“Karena uangnya tidak ada,” aku Uce.
Adapun upaya yang dimaksud Uce, untuk membayarkan gaji dosen dan staf, ialah dengan mencoba menjual aset, yakni bamgunan kampus Kampus 1 yang berlokasi di Jalan Cipagalo Girang No 24, Margasari, Buahbatu, Kota Bandung.
ADVERTISEMENT
Namun, tentu, hal tersebut dia sadari juga tidak mudah.
"Tapi belum ada yang nawar. Kalau itu laku sudah beres semuanya,” katanya.
Selain menjual aset, rencana lain yang akan coba dilakukan ialah membuka prodi baru, menjaring investasi.
“Nah, untuk mengatasi itu kita akan coba kerjasama, kita rencananya akan bangun prodi baru sehingga bisa menerima mahasiswa baru lagi,” kata dia.
“Semoga Januari ini, kalau mahasiswa sudah masuk, target dari tim kita sih 1000-an dulu. Di samping itu, kita mencari investasi, semoga bisa kerjasama, bisa stabil lagi, bisa membayar gaji,” sambungnya.