Dosen Teknik UGM Bantah Lakukan Provokasi di Diskusi Pemecatan Presiden

30 Mei 2020 21:51 WIB
comment
28
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi UGM. Foto: Dok. Humas UGM
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi UGM. Foto: Dok. Humas UGM
ADVERTISEMENT
Nama Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Bagas Pujilaksono Widyakanigara, belakangan disebut-sebut melakukan provokasi lewat tulisan yang kemudian memicu aksi teror terhadap narasumber dan panitia diskusi Constitutional Law Society (CLS) UGM.
ADVERTISEMENT
Diskusi bertajuk dengan tajuk awal 'Persoalan Pemecatan Presiden di Tengah Pandemi Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan' itu menuai polemik. Judul sempat diubah menjadi 'Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan', sebelum akhirnya dibatalkan.
Bagas menjelaskan bahwa dirinya tidak berlebihan mengembangkan opini pribadi. Dia menjelaskan ketika poster pertama tersebut keluar dengan alasan kebebasan akademik maka dirinya memberi respons pula secara akademik.
"Poster provokasi dengan dalih kebijakan akademik saya merespon dengan kebijakan akademik. Sebelum saya nulis posternya sudah beredar luas. Saya cuma dapat kiriman. Dan saya hanya merespon apa yang tertulis di poster. Saya tidak berlebihan mengembangkan opini pribadi, bagi saya kalau presiden yang terpilih secara sah demokratis diturunkan itu artinya makar. Ini pendapat saya itu sederhana. Itu jelas sekali judulnya provokatif persoalan pemecatan presiden saat pandemi kan begitu," kata Bagas dihubungi kumparan, Sabtu (30/5).
ADVERTISEMENT
Bagas menjelaskan poster pertama yang keluar itu telah menggiring opini seolah-olah presiden gagal menghadapi pandemi. Kemudian diwacanakan bagaimana memecat presiden dalam hukum tata negara Indonesia. "Itu kan menggiring opini seolah-olah Jokowi gagal," katanya.
Dia mempersilakan penafsiran pihak yang menganggap tulisannya provokasi, bahkan jika dirinya dituding sebagai provokator.
"Kalau orang menuduh seperti itu (provokasi) silakan saja. Poster yang pertama (yang saya kritik). Diubah terus dan tulisan saya itu sama sekali tidak melarang seminar sama sekali tidak lho, sehingga ketika poster berubah menjadi meluruskan (saya) diam saja. Judulnya (poster) jangan provokatif gitu lho " katanya.
Poster diskusi komunitas di FH UGM saat belum diganti judul. Foto: Dok. Istimewa
Terkait teror yang menimpa narasumber dan panitia, Bagas mengaku tidak tahu menahu. Teror tersebut tidak ada hubungan dengan dirinya. "Teror itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan tulisan saya. Saya bukan pelakunya gitu lho," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bagas sendiri mempersilakan bila ada pihak yang membawa kasus ini ke ranah hukum. Sejauh ini, menurutnya belum ada pihak yang menyebut namanya akan dibawa ke ranah hukum. "Biar saja bebas kok. Silakan saja nanti kan dibuktikan apakah betul teror tersebut atas tulisan saya," ujarnya.
Dia juga mengaku mengutuk teror yang menimpa para penyelenggara seminar dan keluarganya. Serta juga teror kepada narasumber dari UII. "Itu perbuatan terkutuk pengecut karena membungkam kebebasan akademik," tegasnya.
Sebelumya, Dekan Fakultas Hukum UGM, Sigit Riyanto menjelaskan viralnya poster diskusi ini juga dipicu tulisan seseorang bernama Bagas Pujilaksono yang menulis opini di salah satu media massa dengan judul 'Gerakan Makar di UGM Saat Jokowi Sibuk Atasi Covid19'.
ADVERTISEMENT
"Viralnya poster ini kegiatan diduga salah satunya, dipicu oleh tulisan seorang bernama: Ir. KPH Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M.Sc, Lic.Eng, Ph.D," jelasnya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.