Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
DPRD Bali Desak Australia Klarifikasi soal Kotoran Sapi: Kita Persiapan G20
9 Agustus 2022 14:28 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Komisi II DPRD Bali mendesak Pemprov Bali bersurat kepada Pemerintah Australia mengenai pernyataan Senator Australia, Pauline Hanson. Hanson menyebut kotoran sapi bertebaran di jalanan Bali.
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi II DPRD Bali Tjok Gede Agung mengatakan, pernyataan Hason merugikan citra Bali. Apalagi, Bali sedang bersiap menjadi tuan rumah perhelatan Presidensi G20.
"Bapak Sekda (Dewa Made Indra) segera bersurat secara resmi minta klarifikasi ataupun tanggapan kepada konsulat (Australia) di Bali. Yang jelas ini akan merugikan kita apalagi kita sedang siap-siap G20," katanya saat rapat Penanganan Wabah PMK yang dihadiri oleh Pemprov Bali dan asosiasi peternak di Kantor DPRD, Denpasar, Selasa (9/8) siang.
Menurut politikus PDIP tersebut klarifikasi ini penting mengantisipasi adanya gesekan yang terjadi di masyarakat atas pernyataan Hason. Pemprov Bali dinilai perlu bertindak agar kasus ini segera selesai.
"Supaya saudara kita di Bali tidak terpancing dengan pernyataan (Hason) kemarin. Kalau diam nanti lagi ada persoalan baru, bukan kita takut demo paling tidak kita harus antisipasi, paling cepat paling bagus. Kita harus berjuang keras, paling tidak ada permintaan maaf atau bagaimana," sambungnya.
Tanggapan Gupbi
Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (Gupbi) Bali I Ketut Hari Suyasa, perwakilan peternak yang hadir dalam rapat tersebut ikut buka suara.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, memang sebagian kecil masih ada peternak yang melepasliarkan sapi di area kebun atau perbukitan. Namun, pernyataan Hason tidak bisa ditarik secara umum karena sebagian besar pemeliharaan sapi dilakukan dengan sistem kandang.
"Soal senator yang mengkritisi Bali, kita juga jangan terlalu reaktif atau negatif memikirkan. Kalau jujur kita cek di lapangan, tai sapi itu (masih ada) beredar di bukit. Memang tidak secara keseluruhan secara itu tetapi kita harus pahami," katanya.
Suyasa menilai sudah sepantasnya pihak Australia waspada penularan virus Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) dari Bali. Hal ini karena Bali merupakan pusat tujuan penduduk Australia sehingga mobilitas transportasi tinggi.
Sementara itu, Australia terkenal dengan wilayah penghasil daging sapi berkualitas tinggi di dunia. Ia menilai wabah PMK berpotensi mengancam perekonomian negara kangguru itu.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak bisa mengesampingkan efek kerugian ekonomi terhadap peternak sebagai penghasil sapi di dunia. Kalau sampai Australia kena PMK maka dia kena mengalami kerugian 50-100 triliun dolar (AS) potensi kerugian dari negaranya," katanya.
Ia berharap Pemprov Bali menjadikan pernyataan Hason sebagai momen mengkoreksi diri dan memperkuat edukasi kepada masyarakat mengenai virus PMK. Menurutnya, masih banyak peternak yang tidak paham mengenai pencegahan, penularan dan aturan pemotongan bersyarat terhadap ternak.
"Apa yang harus kita lakukan agar kepercayaan internasional terhadap kita baik? Pertama edukasi," kata Suyasa.
Tanggapan Sekda Bali
Pemprov Bali sepertinya tidak bakal meminta klarifikasi kepada Australia atas pernyataan Hason.
Sekda Bali Dewa Made Indra mengatakan, Menpar Sandiaga, Gubernur Bali Wayan Koster dan Wagub Bali Cokorda Oka Artha Ardhana Sukawati telah membantah pernyataan Hason melalui media sosial dan massa.
ADVERTISEMENT
"Saya kira sudah cukuplah justru kalau diperpanjang terus nanti saling menyahut. Kan ada pendapat, ada yang melakukan klarifikasi kalau ini diperpanjang terus, kan, jadinya sahut-menyahut. Kan, sekarang dari anggota parlemen tersebut tidak komen lagi mungkin beliau sudah membaca tanggapan dari Menteri dan Gubernur," kata Indra setelah menghadiri rapat.
Ia sepakat pernyataan Hason menjadi momen introspeksi diri. Yakni, memastikan tak ada kotoran sapi di jalanan Pulau Dewata.
"Tapi harus tetap menjadi introspeksi bagi kita. Jangan sampai itu terjadi dan kita yakinkan pada dunia luar bahwa itu tidak ada di lapangan. Bukan hanya dalam narasi tapi di lapangan mari dipastikan kalau itu tidak ada," kata Indra.
"Lebih bagus kita melakukan kerja-kerja konkret bagaimana menjaga ternak sapi agar terjaga di kandangnya dan tidak membuang kotoran ke sana kemari kalau itu diwujudkan di lapangan agar tidak akan ada lagi pendapat-pendapat seperti itu," katanya.
ADVERTISEMENT