3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

DPRD Sleman Harus Belajar Kisah Mao Zedong dan Pembasmian Burung Pipit

26 Maret 2021 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burung pipit di sawah Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
zoom-in-whitePerbesar
Burung pipit di sawah Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
ADVERTISEMENT
Burung pipit tiba-tiba ramai jadi pembahasan. Langkah DPRD Sleman mendorong penangkapan burung yang dianggap hama padi itu dikritisi pegiat konservasi.
ADVERTISEMENT
Para petani mengamini, burung yang dalam bahasa Jawa disebut emprit itu jauh lebih ganas dibanding tikus.
"Wong tikus itu sebenarnya tidak makan cuma merusak. Yang makan justru emprit, kalau itu malah makan," kata Ketua Forum Petani Kalasan, Janu Riyanto.
Namun, bagaimanapun burung pipit, menurut Ketua Pengurus Yayasan Wahana Gerakan Lestari Indonesia (Wagleri) Hanif Kurniawan, ia tetaplah makhluk hidup. Pembuatan jaring di sawah untuk menangkap burung pipit harus melalui kajian. Muaranya tetap untuk melindungi keanekaragaman hayati dan menjaga kesehatan ekosistem.
Dalam kekhawatirannya itu, Hanif menceritakan soal langkah China membasmi burung di era Mao Zedong. Setidaknya, pengalaman blunder china itu bisa dijadikan pelajaran.
"Jadi kebijakan yang saat ini ada tentang pembasmian emprit itu tidak didahului oleh kajian secara ilmiah. Kajian ekologisnya seperti apa kan tidak ada. Apakah kita mau mengulang kebodohan kebijakan Mao Zedong di China kan gitu," kata Hanif.
ADVERTISEMENT
Mao Zedong tak lain adalah tokoh penggerak revolusi komunis di China. Lahir 26 Desember 1893 di sebuah desa bernama Shaoshan, Provinsi Hunan, kelak dia dikenal sebagai bapak pendiri Republik Rakyat China. Memimpin Republik Rakyat China dari 1949 hingga 1959.
Ilustrasi burung pipit. Foto: pixabay/rbalouria
Sosok yang mengembuskan napas pada tahun 1976 ini, lahir dari keluarga petani. Ayahnya bernama Mao Yichang. Dia petani sukses.
Namun, latar belakang keluarganya itu tak serta merta membuatnya sukses dalam mengambil kebijakan pertanian.
Dia mengeluarkan kebijakan meningkatkan produksi industri dan pertanian pada 1958 dengan doktrin Lompatan Besar ke Depan. Puluhan ribu orang dikerahkan untuk menggarap sawah.
Ada hal nyeleneh dalam kebijakan itu, Mao Zedong menganggap burung pipit sebagai musuh dalam pertanian. Dia memakan gandum petani. Bikin lapar rakyat. Memeranginya adalah keharusan.
ADVERTISEMENT
Persoalan burung pipit ternyata jauh lebih berat dari sekedar mengganggu petani. Mao Zedong menuduhnya sebagai "penghalang ekonomi Republik Rakyat China". Rakyat kemudian dimobilisasi untuk membasminya.
Pembasmian ini tidak hanya menembaki burung. Rakyat juga menabuh drum, suara bisingnya digunakan untuk menakuti burung. Dengan begitu burung dipaksa terbang terus hingga mati karena kelelahan.
Ratusan juta burung malang ini pun dibasmi. Bangkainya menggunung. Namun tanpa sadar bencana kelaparan yang lebih dahsyat mengintai.
Mereka lupa, bahwa dalam sistem rantai makanan, burung pipit ini tak hanya memakan padi tetapi juga serangga seperti ulat dan belalang. Keduanya merupakan organisme pengganggu tanaman.
Ketiadaan burung pipit bikin populasi ulat dan belalang meledak. Perkembangannya yang tidak terkontrol oleh burung pipit membuatnya dengan ganas merusak tanaman-tanaman biji-bijian, yang tak lain sumber makanan manusia.
ADVERTISEMENT
Peristiwa yang ditakutkan pun terjadi, kelaparan melanda China. Selang beberapa tahun kemudian jutaan warga China dilaporkan tewas karena kelaparan.