dr. Diani soal RS Medistra Minta Maaf: Buktikan dengan Dibolehkan Berhijab

3 September 2024 12:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
RS Medistra Jakarta di Jalan Gatot Subroto Foto: Facebook RS Medistra
zoom-in-whitePerbesar
RS Medistra Jakarta di Jalan Gatot Subroto Foto: Facebook RS Medistra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dr. dr. Diani Kartini, SpB., Subsp.Onk(K) menerima permohonan maaf dari pihak RS Medistra, soal viralnya pembatasan penggunaan hijab.
ADVERTISEMENT
Namun menurutnya, pihak manajemen tidak hanya meminta maaf saja, tapi juga dibuktikan bahwa para perawat dibolehkan untuk menggunakan hijab.
"Kalau saya sih, ya, tentunya permintaan maaf oke, tetapi juga harus ditunjukkan bahwa memang di Medistra juga benar boleh dengan yang benar, ya, bukan yang perawat-perawat yang nekat, tapi tertulis boleh gitu loh," ujar dr. Diani kepada kumparan, Selasa (3/9).
Saat ini dr. Diani telah bertugas di RS Cipto Mangunkusumo dan RS Pondok Indah, usai resign dari RS Medistra.
Menurut dr. Diani, di RSPI dapat dilihat bahwa perawat yang bertugas, menggunakan hijab dengan benar. Bukan sekadar ciput ninja (dalaman hijab) beserta topi saja.
"Jadi Anda bisa melihat, makanya karena saya kerja di RSPI, ya, lihat saja perawat yang berjilbab itu bagaimana sih outfitnya, pakai benar-benar kerudung bukan ciput yang ditutup topi," ucap dr. Diani.
ADVERTISEMENT
Selain itu juga para perawat di RSPI tidak menggunakan manset, seperti perawat di RS Medistra.
Bagi dr. Diani, surat protes miliknya harus menjadi introspeksi besar bagi RS Medistra. Selain itu juga menjadi introspeksi pada rumah sakit-rumah sakit yang masih memberlakukan aturan tersebut.
"Jadi itu harus jadi perhatian, karena kita juga mayoritas IsIam begitu. Ngapain sih ada aturan yang mau tertulis kek, mau apa kek, mereka mau denial, kenyataannya seperti itu," tuturnya.
"Jadi silakan sekarang masyarakat sudah pada tahu, harusnya itu menjadi introspeksi besar untuk rumah sakit Medistra, dan rumah sakit yang masih menerapkan hal seperti itu," tambahnya.
Menurutnya, jika RS Medistra memang sebagai rumah sakit umum, maka harus ada toleransi. Sebab RS Medistra bukan rumah sakit keagamaan.
ADVERTISEMENT
"Kalau memang menyebut, kecuali memang rumah sakit yang berbasis agama tertentu, ya, monggo gitu loh. Tapi kalau ini dia menyebut rumah sakit umum, ya, harus menerima semuanya. Harus benar-benar toleransi apa yang atribut yang dipakai," ungkap dr. Diani.
Menurut dr. Diani, cara berpakaian jika memang bukan dari kalangan RS keagamaan, harus profesional dan tidak ada unsur SARA. Sebab RS Medistra adalah berbasis RS umum.
"Kan kita semua juga tidak menerima pasien tertentu kan? kita menerima pasien semuanya. Tapi pasti ada aturan-aturan yang berdasarkan ini rumah sakit apa itu," imbuhnya.
"Ya harus dibuktikan juga, ya, harus dong dibuktikan saja. Itu kan sebenarnya untuk kebaikan juga gitu loh, untuk kebaikan Medistra dan rumah sakit-rumah sakit yang masih memikirkan cara pikir seperti itu, menurut saya itu kuno banget gitu," pungkasnya.
ADVERTISEMENT