Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Drama Bush vs Al Gore Pemilu AS 2000: Ketika Suara di Florida Dihitung Ulang
5 November 2020 11:50 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Ini adalah penipuan terhadap publik Amerika. Ini memalukan bagi negara kita," kata Trump saat pidato di Gedung Putih, Rabu (4/11).
Proyeksi Fox menunjukkan Biden sejauh ini meraih 264 suara elektoral, adapun Trump meraih 214 suara. Butuh 6 suara lagi bagi Biden, atau sekitar 270 suara elektoral, untuk selangkah lagi menjadi Presiden AS.
Di sistem Pemilu AS, presiden AS tidak ditentukan dari suara terbanyak, melainkan dari suara elektoral atau perwakilan di masing-masing negara bagian yang menjadi representasi rakyat.
Ikut campur Mahkamah Agung dalam Pemilu AS mengingatkan kita pada drama kemenangan Presiden George W. Bush atas pesaingnya, eks kandidat Demokrat, Al Gore. Ketika itu, kemenangan Bush di Pemilu AS pada 2000 menjadi sangat kontroversi.
ADVERTISEMENT
Hari pemilihan pada tahun 2000 jatuh pada 26 November. Gore memenangi suara populer dengan keunggulan 543.895 suara, sementara suara elektoral masih terus dihitung dan diprediksi akan dimenangi Gore.
Namun, tim kampanye Bush menuding ada kecurangan di Florida, salah satu negara bagian yang suaranya paling diperebutkan. Tanpa 25 suara elektoral dari Florida, kedua kandidat tidak akan mencapai batas minimal 270 suara elektoral.
"Ketika suara menyusut menjadi sekitar 2.000 suara pada dini hari, TV membalikkan lagi, membatalkan seruan untuk Bush, dan menyatakan Florida belum ditentukan. Masalah awal adalah kegagalan dalam exit poll," ujar Andrew E. Busch, ahli pemerintahan di Claremont McKenna College, dilansir History.
Ada tuduhan bahwa exit poll media arus utama mengambil sampel dan demografi yang condong ke pendukung Demokrat. Sengketa ini mengisyaratkan pemungutan suara di Florida, berakhir seri, dan Gore pun membatalkan pidato konsesi.
Padahal, Gore menegaskan Gubernur Florida pada saat itu adalah Jeb, adik Bush. Selain itu, Katherine Harris, sekretaris negara bagian Florida yang ditugasi mengawasi pemilihan, adalah seorang Republikan.
ADVERTISEMENT
“Ketika pemilihan sudah sedekat ini, dan diperebutkan dengan ketat, penghitungan ulang di sepanjang garis waktu ini diharapkan,” kata Rick Hasen, profesor ilmu hukum dan politik di Universitas California.
Pemerintah Florida akhirnya melakukan penghitungan ulang untuk surat suara undervote, atau surat suara yang tidak terbaca oleh mesin. Setelah tuntutan hukum dan gugatan, Mahkamah Agung Florida memerintahkan penghitungan ulang undervote di semua 67 wilayah Florida.
Selama beberapa minggu, petugas melakukan penghitungan ulang secara elektronik, memasukkan surat suara ke mesin pembaca. Setelah suara dihitung, akhirnya Bush menang dengan perolehan 327 suara dari undervote.
Keputusan ini tak membuat Gore menyerah. Gore menuntut ke Mahkamah Agung Florida dan meminta penghitungan ulang secara manual, alias ke 45 ribu undervote ke seluruh wilayah Florida.
ADVERTISEMENT
Sebab, sebagian wilayah di Florida menerapkan pencoblosan surat suara sehingga banyak yang tak bisa terbaca mesin. Ada juga yang bentuk surat suaranya seperti 'kupu-kupu'-- membuat mesin bias melihat nama-nama kandidat.
Melihat gugatan ini, Bush tak terima dan memutuskan banding ke Mahkamah Agung AS. Bush meminta MA AS membatalkan gugatan Gore.
Mahkamah Agung AS akhirnya mengabulkan permintaan Bush dengan perbandingan 5:4 putusan (Dissenting). Alasan utamanya adalah penghitungan ulang mustahil dilakukan di seluruh wilayah karena tenggat waktu penyerahan suara negara bagian adalah 18 Desember 2000.
Atas keputusan ini, Bush akhirnya memenangi Pemilu AS dengan meraih 271 suara elektoral, adapun Gore mendapat 266 suara. Padahal, Gore menang suara populer atas Bush dengan selisih 500 ribu suara. Al Gore pun mengaku kalah pada Bush.