Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Drama Perceraian di Bekasi: dari Papa Jahat hingga Teman Biasa
4 Oktober 2017 16:15 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Setiap pasangan suami istri, umumnya, berniat ingin membangun rumah tangga hingga akhir hayat. Menghabiskan masa tua bersama sampai maut yang memisahkan.
ADVERTISEMENT
Namun hidup tak selamanya indah. Pernikahan tak selamanya berakhir manis, ada juga yang terhenti di tengah jalan alias bercerai.
Perceraian disebabkan oleh berbagai macam faktor. Dari mulai komunikasi yang tidak sehat hingga isu ekonomi.
Dalam sidang perceraian tak jarang ada drama-drama yang tersaji. Tangis haru, saling maki dan perebutan anak menjadi hal yang mewarnai sidang perceraian.
Bagaimana dengan drama yang biasa mewarnai sidang perceraian di Pengadilan Agama Kota Bekasi?
Ketua Pengadilan Agama sekaligus Hakim di Pengadilan Agama Bekasi, Dra Hj Siti Zurbaniyyah, mengatakan selama ini ia bertugas ada beberapa kejadian menarik. Salah satunya adalah ketika sang perempuan yang tengah menghadapi sidang gugatan cerai menangis meronta-ronta tak mau dicerai.
ADVERTISEMENT
"Kemarin ketika mau dibacakan cerai talak, istrinya nangis sambil bilang 'papa jahat, papa jahat'. Itu di saat mau diikrarkan. Papa jahat, papa jahat, gitu aja dia ngomong," kata Siti Zurbaniyah saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com) di Kantor PA Kota Bekasi, Rabu (4/10).
Siti mengatakan, saat itu ia pun merasa terharu melihat peristiwa itu. Ia bercerita, sang suami tetap ingin bercerai seakan tak peduli dengan jeritan sang istri.
"Kita jadi ikut terharu, itu tetap seperti itu, laki-laki itu tetap berjalan. Artinya dia tetap tidak tersentuh dengan perkataan 'papa jahat, papa jahat itu. Tapi saya sedih, ya gimana yah, perempuan digituin ya," beber dia.
Penyebab utama perceraian di Kota Bekasi tahun 2017 adalah faktor ekonomi. Kasus-kasus yang menjadi perhatian, lanjut Siti, itu akibat yang akan dirasakan oleh anak yang orang tuanya bercerai.
ADVERTISEMENT
"Tidak sedikit anak-anak korban perceraian itu menjadi anak-anak yang larut dalam pergaulan bebas, seperti narkoba. Itu harus menjadi kunci di majleis hakim agar mengingatkan kepada mediator, jangan karena emosi salah satu, anak jadi korban. Ini harus jadi perhatian hakim."
Perselingkuhan juga menjadi salah satu faktor yang membuat angka perceraian di Bekasi tinggi. Drama selanjutnya yang biasa terjadi saat sidang perceraian adalah saling elak ketika ditanya hakim soal isu perselingkuhan.
"Sanggahan dari yang cerai itu yang paling populer, 'ah itu cuma teman biasa. Bukan apa-apa itu teman biasa' Kaya gitu," beber dia.
Reporter: Adim Mugni