Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Drone Emprit Ungkap Awal Mula Istilah 'Cebong', 'Kampret', dan 'Kadrun'
17 April 2022 17:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Founder sistem analisis data Drone Emprit (DE), Ismail Fahmi, mengungkap awal mula percakapan dan tren panggilan cebong, kampret dan kadrun yang hingga kini masih dipakai beberapa influencer.
ADVERTISEMENT
Panggilan yang dianggap memecah belah bangsa tersebut merupakan label yang disematkan kepada individu atau kelompok yang mengandung stigma terkait dengan perbedaan ideologi, prinsip, dan pendapat.
Hasil pengumpulan data dilakukan DE selama 7 tahun, terhitung sejak 1 Juli 2015 hingga sekarang. DE berhasil mengumpulkan 14 juta lebih percakapan yang terjadi di Twitter yang mengandung istilah-istilah tersebut.
"Dari hasil ini diketahui siapa yang memulai tradisi sebutan-sebutan ini dan yang terakhir kali masih getol menggunakannya," tutur Ismail Fahmi, dikonfirmasi kumparan, Minggu (17/4).
Dari analisis data yang telah dikumpulkan, urutan munculnya panggilan tersebut adalah yang pertama cebong, kemudian kampret dan disusul kadrun.
ADVERTISEMENT
Panggilan cebong dan kampret marak terjadi saat Pilpres 2019, tepatnya April 2019. Kala itu Jokowi dan Prabowo tengah bersaing untuk memperebutkan kursi Presiden.
"Pasca Pilpres 2019, tren kedua panggilan turun drastis. Namun kemudian muncul panggilan baru, yaitu 'kadrun' pada akhir 2019, yang diikuti dengan panggilan buzzeRp dan variasinya buzzerRp," terang Fahmi.
Tren Cebong
Istilah cebong digunakan untuk menyebut pendukung Jokowi. Panggilan tersebut mulai banyak digunakan sejak Agustus 2015.
Fahmi mengungkap, istilah cebong pertama kali disebut pada Mei 2015 oleh akun @Kage_yatsu.
ADVERTISEMENT
Artinya, panggilan yang dianggap terinspirasi oleh kodok yang dilepas Jokowi di kolam Istana Bogor tidak terbukti. Pasalnya, peristiwa pelepasan kodok tersebut terjadi pada 3 Januari 2016.
"Pelepasan kodok oleh Jokowi di Istana Bogor (3 Januari 2016) bukanlah awal atau asal-usul sebutan “cebong”. Saat itu sebutan ini sudah sangat popular, sehingga Kaesang pun membuat joke tentang kecebong (1 Januari 2016)," papar Fahmi.
Fahmi menyebut, pasca Pilpres 2019 berdasarkan peta Social Network Analysis (SNA) setahun terakhir, klaster yang kontra dengan Jokowi paling kuat memanggil cebong.
Meskipun ada juga yang pro Jokowi turut menyebut panggilan ini dalam jumlah yang kecil.
ADVERTISEMENT
Tren Kampret
Hasil analisa DE menyimpulkan, istilah kampret muncul sebagai balasan atas panggilan cebong yang dimulai pada Oktober 2015. Kemudian ramai digunakan pada pertengahan 2018.
Fahmi menuturkan, istilah kampret sudah lebih umum digunakan oleh warganet Twitter, bahkan juga berasal dari kelompok akun-akun K-Pop.
"Panggilan kampret ternyata bukan monopoli klaster pro Jokowi kepada klaster kontra, meski dari peta SNA tampak yang paling aktif. Panggilan ini juga banyak digunakan oleh netizen umum dan K-Poppers," ungkapnya.
Akun pertama yang menyebut kampret untuk merujuk pada kontra Jokowi adalah @peyozthoq.
Akun yang paling sering menyebut kampret adalah @ch_chotimah, @Dennysiregar7, @laskar_minang, @TheArieAir, dan @p3nj3l4j4h.
Total user aktif yang menggunakan istilah ini mencapai 1 juta lebih, meski demikian Fahmi menduga pengguna yang menyebut kampret untuk merujuk pada pendukung Prabowo tidak lebih dari separuhnya.
Tren Kadrun
Dari data yang dikumpulkan DE terungkap bahwa istilah kadrun pertama kali bukan dibuat oleh Denny Siregar (@Dennysiregar7), melainkan @kebo_mangkrak dan @Manuputty1101 pada Januari 2018.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya pada November 2018 akun @SiharMHSitorus banyak menggunakan istilah kadrun. Belum banyak ditemukan akun lain yang turut menggunakannya.
Kemudian pada Agustus 2019, akun @Dennysiregar7 dengan tegas memanggil klaster kontra Jokowi atau pro Prabowo sebagai Kadal Gurun dan para pengikutnya mengusulkan istilah kadrun.
Sejak itu tren "kadrun" meningkat pesat (lihat grafik tren).