Dua Penjaga Perdamaian PBB di Mali Tewas Akibat Ledakan Bom Rakitan

19 Oktober 2022 11:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang tentara Inggris dari United Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali (MINUSMA) Long Range Reconnaissance Group (LRRG). Foto: FLORENT VERGNES/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang tentara Inggris dari United Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali (MINUSMA) Long Range Reconnaissance Group (LRRG). Foto: FLORENT VERGNES/AFP
ADVERTISEMENT
Dua orang penjaga perdamaian PBB di Mali tewas dalam dua kejadian terpisah. Mereka tewas akibat ledakan bom.
ADVERTISEMENT
Peristiwa teranyar terjadi pada Selasa (17/10). Anggota pasukan perdamaian itu tewas karena bom yang ditanam di tepi jalan. Sehari sebelumnya, rekannya tewas di tempat dalam kejadian yang terjadi di Mali utara tersebut.
Penjaga perdamaian tergabung dalam Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi PBB di Mali (MINUSMA) telah lama menjadi sasaran serangan bom rakitan. Sejak diluncurkan pada 2013 lalu, sudah 76 penjaga perdamaian tewas akibat senjata itu.
Insiden terbaru ini menambah rentetan korban jiwa dalam misi 'helm biru'. Selain korban jiwa, terdapat pula dua korban luka yang kini dalam perawatan intensif. Seluruh korban berasal dari kontingen Chad.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyebut, kematian pasukan keamanan akibat bom rakitan menjadi tantangan serius dalam menjalankan misi.
ADVERTISEMENT
“Tahun ini sudah, 12 penjaga perdamaian PBB tewas di Mali dalam tindakan permusuhan itu" kata Dujarric seperti dikutip dari Reuters.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk keras serangan yang memakan korban jiwa tersebut. Ia juga memperingatkan bahwa serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian dapat digolongkan sebagai kejahatan perang di bawah hukum internasional.
Secara historis, MINUSMA membantu mengatasi ekstremisme di salah satu negara termiskin dunia, Mali. MINUSMA didaulat sebagai salah satu operasi penjaga perdamaian terbesar oleh PBB dengan 17.612 kontingen yang terdiri dari tentara, polisi, warga sipil dan sukarelawan.
Reporter: Thalitha Yuristiana.