Dubes AS: Perang Rusia-Ukraina Tak Akan Berakhir Baik bagi Putin

4 Maret 2022 18:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dubes AS di Indonesia Sung Y. Kim saat meninjau vaksinasi Pfizer. Foto: Kedubes AS
zoom-in-whitePerbesar
Dubes AS di Indonesia Sung Y. Kim saat meninjau vaksinasi Pfizer. Foto: Kedubes AS
ADVERTISEMENT
Duta Besar Amerika Serikat untuk RI, Sung Y Kim, dengan tegas menyatakan kutukannya terhadap agresi Rusia di Ukraina. Konflik ini, menurutnya, tidak akan memiliki akhir yang baik bagi Presiden Rusia Vladimir Putin.
ADVERTISEMENT
Dalam keterangan resmi yang dirilis Kedubes AS di Jakarta, Dubes Kim menilai invasi Moskow ke Kiev akan menjadi kegagalan strategis bagi mereka.
Perang ini pun disebut bakal merusak masa depan masyarakat Rusia. Sebab, Putin dikatakan lebih memilih untuk membiayai perang ketimbang berinvestasi demi kebutuhan negaranya.
“Hal ini tidak akan berakhir baik bagi Vladimir Putin. Bersama-sama, Amerika Serikat dan para Sekutu serta mitra kami sedang mengambil tindakan untuk meminta pertanggungjawaban Rusia,” tegas Kim, dikutip pada Jumat (4/3).
Menurut Kim, ketika dunia bersatu mengecam Putin, Rusia justru kian melemah.
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara tentang menempatkan pasukan penangkal nuklir dalam siaga tinggi, dalam gambar diam yang diperoleh dari sebuah video, di Moskow, Rusia, Minggu (27/2/2022). Foto: Russian Pool/Reuters TV melalui REUTERS
“Ketika sejarah dalam era ini ditulis, hal itu akan menunjukkan bahwa pilihan Putin untuk meluncurkan serangan yang tidak beralasan, tidak dibenarkan, dan terencana, membuat dunia lebih bersatu dan Rusia secara eksponensial lebih lemah,” paparnya sebagaimana dikutip pada Jumat (4/3).
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, Rusia telah melancarkan invasi ke Ukraina sejak Kamis (24/2) pekan lalu. Sejak saat itu, situasi di berbagai wilayah Ukraina terus mencekam.
Berbagai kota seperti Ibu Kota Kiev, Kharkiv, Mariupol, Chernihiv, hingga Kherson menjadi “medan tempur” antara pasukan Rusia dan Ukraina. Ratusan warga sipil dilaporkan tewas, dan seribu lebih luka-luka.
Kendati demikian, Kremlin menegaskan serangan yang mereka lakukan ditujukan untuk melawan “Neo-Nazi” di Ukraina. Bagi mereka, serangan tidak ditujukan kepada warga sipil, melainkan infrastruktur militer Kiev.
Kondisi jalanan yang dihancurkan oleh serangan baru-baru ini di pinggiran Kyiv, Ukraina, Senin (28/2/2022). Foto: GENYA SAVILOV/AFP

Sanksi untuk Rusia

Dalam keterangannya, Kim kembali menekankan dukungannya terhadap rakyat Ukraina. Bantuan keamanan yang dikerahkan AS untuk Pemerintah Ukraina dalam satu tahun terakhir mencapai lebih dari USD 1 miliar (setara dengan Rp 14,3 triliun).
ADVERTISEMENT
Ia pun memaparkan sejumlah sanksi yang sudah dijatuhkan oleh AS dan negara-negara Sekutu.
“Sebagai hasil dari koordinasi sanksi global yang belum pernah terjadi sebelumnya, Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Jepang, dan Kanada telah menghapus beberapa bank Rusia dari sistem pesan SWIFT dan memberlakukan tindakan pembatasan pada Bank Sentral Rusia,” papar Kim.
Selain itu, sanksi keuangan secara menyeluruh juga dijatuhkan. Kendali ekspor yang diterapkan bakal merugikan perekonomian, sistem keuangan, serta akses Rusia ke teknologi mutakhir.
Penduduk setempat mengantre untuk menerima makanan di wilayah sebuah rumah sakit di Kharkiv, Ukraina (2/3). Foto: Anna Chernenko/Reuters
“Setelah Putin memulai invasinya, mata uang Rubel mencapai titik terlemahnya dalam sejarah, dan pasar saham Rusia jatuh,” ungkap Kim.
“Menanggapi perang sebagai pilihan Putin, kami akan membatasi kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis. Kami akan menghambat kemampuan Rusia untuk membiayai dan mengembangkan militernya. Kami akan melemahkan kemampuan Rusia untuk bersaing dalam ekonomi global,” imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Kim mengatakan, dalam beberapa waktu ke depan, rakyat Ukraina akan menghadapi situasi yang berat.
Namun, Kim yakin mereka tidak akan menoleransi apa pun yang bisa membawa negaranya mundur.
“Dalam kontestasi antara demokrasi dan otokrasi, antara kedaulatan dan penaklukan, satu yang pasti benar: Kebebasan akan menang,” tutup dia.