Dubes Vorobieva soal Kesepakatan Ekspor Gandum: Rusia Tunggu Barat Tepati Janji

13 September 2023 14:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal kargo berbendera Sierra Leone Razoni, membawa gandum Ukraina, terlihat di Laut Hitam di lepas pantai Kilyos, dekat Istanbul, Turki, Selasa (2/8/2022). Foto: Umit Bektas/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kapal kargo berbendera Sierra Leone Razoni, membawa gandum Ukraina, terlihat di Laut Hitam di lepas pantai Kilyos, dekat Istanbul, Turki, Selasa (2/8/2022). Foto: Umit Bektas/REUTERS
ADVERTISEMENT
Rusia siap kembali ke kesepakatan ekspor biji-bijian melalui Laut Hitam, apabila Barat dan Ukraina mampu mengambil tindakan untuk menepati janji-janjinya.
ADVERTISEMENT
Adapun Rusia pada Juli 2023 telah keluar dari kesepakatan yang ditengahi oleh PBB dan Turki tersebut.
Alasannya, Moskow memandang ekspor biji-bijian dan pupuknya masih saja terhambat — serta ekspor dari Ukraina yang dipasok ke negara-negara paling membutuhkan seperti di Afrika pun kurang.
Komentar soal kesiapan kembali ke kesepakatan itu disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk RI, Lyudmila Georgievna Vorobieva, dalam jumpa pers di kediamannya pada Rabu (13/9).
"Kami akan siap untuk melanjutkan partisipasi kami di dalam kesepakatan ekspor gandum," kata Vorobieva.
Duta Besar Rusia untuk RI, Lyudmila Georgievna Vorobieva, dalam sesi jumpa pers di kediamannya di Jakarta Pusat (5/7/2023). Foto: Dok. Istimewa
"Karena sejauh ini, kami benar-benar memenuhi semua komitmen kami, tetapi kami hanya mendengar janji-janji dari Uni Eropa, dari Barat, dan tidak ada satu pun tindakan yang diambil," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Vorobieva mengacu pada peran Rusia saat memfasilitasi ekspor biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam. Namun, sambung diplomat itu, tidak ada yang dilakukan Barat untuk memfasilitasi ekspor produk makanan, pertanian, dan pupuk Rusia.
"Tidak ada yang dilakukan untuk memfasilitasi ekspor produk makanan, produk pertanian, dan pupuk Rusia. Tidak ada. Kami hanya mendengar janji-janji, tetapi tidak ada yang substansial yang dilakukan," tegas Vorobieva.
Terlepas dari situasi itu, Vorobieva mengungkapkan keinginan Rusia untuk tetap kembali ke kesepakatan biji-bijian agar ancaman krisis pangan global tidak terjadi.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menghadiri upacara penandatanganan di Istanbul, Turki, Jumat (22/7/2022). Foto: Murat Cetinmuhurdar/Handout via REUTERS
"Kami siap untuk melanjutkan partisipasi kami, tetapi tidak sampai saat itu. Kami menunggu janji-janji dari pihak Barat untuk benar-benar diimplementasikan dan terjadi atau dalam kehidupan nyata," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Adapun sebelumnya pada Minggu (10/9) Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sempat mengungkapkan pertimbangan serupa usai menghadiri KTT G20 di New Delhi, India.
Lavrov menegaskan, Moskow akan kembali ke kesepakatan ekspor gandum 'pada hari yang sama' setelah persyaratan bagi mereka untuk mengekspor biji-bijian dan pupuknya sendiri ke pasar global dipenuhi oleh Barat dan Ukraina.
"Ketika semua tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan hambatan ekspor biji-bijian dan pupuk kami diimplementasikan, pada hari yang sama kami akan kembali ke implementasi kolektif bagian Ukraina dari 'inisiatif Laut Hitam," kata Lavrov.
Isu mengenai ekspor biji-bijian Ukraina dan Rusia ke pasar global juga menjadi agenda pembahasan pemimpin G20 dan tercantum dalam G20 Leaders' Declaration yang dirilis pada Sabtu (9/9).
ADVERTISEMENT
Dikatakan bahwa para pemimpin G20 menyerukan implementasi penuh, tepat waktu, dan efektif dalam pengiriman biji-bijian, bahan makanan, dan pupuk dari Rusia maupun Ukraina demi memenuhi permintaan negara-negara berkembang.

Tak Masuk Akal

Terpisah, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba berpendapat persyaratan yang diajukan Rusia agar kembali ke kesepakatan ekspor biji-bijian — melalui meringankan sanksi, tidak masuk akal.
Sebab, menurut Kuleba, siasat Rusia tersebut adalah bentuk awalan dari bentuk intimidasi baru. "Pertanyaan tentang pembatalan sanksi tidak dapat bertahan pada prinsipnya," kata Kuleba.
"Karena jika sesuatu dibatalkan sekarang, maka besok Rusia akan mengebom pelabuhan lain dan mulai memeras dunia dengan persyaratan baru," sambung dia.
Ukraina memandang bahwa Rusia mulai mempertimbangkan untuk kembali ke kesepakatan ekspor biji-bijian karena terdesak oleh situasi ekonominya yang sedang menderita akibat sanksi.
ADVERTISEMENT
"Rusia mengancam keamanan pangan dalam upaya putus asa untuk memeras dunia lagi. Rusia terus menggunakan makanan sebagai senjata perang," tegas Kuleba.
Kuleba menuturkan, usai Rusia menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian pada Juli 2023, infrastruktur pelabuhan yang menjadi stok penyimpanan biji-bijian justru dihancurkan oleh Moskow.
"Rusia menghancurkan setidaknya 270.000 ton biji-bijian Ukraina," ungkap Kuleba.
Menurut Ukraina, kesepakatan ekspor biji-bijian tetap harus dilanjutkan — tetapi harus dilakukan tanpa melibatkan intimidasi dan memenuhi persyaratan Rusia atas keringanan sanksi.
"Kami berharap bahwa Türkiye, bersama dengan pihak-pihak lain yang terlibat, akan menggunakan otoritas mereka untuk menggagalkan upaya Rusia untuk melanggar kewajiban internasional dan memeras dunia dengan krisis pangan yang baru," pungkasnya.
ADVERTISEMENT