Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Duduk Perkara Pegawai PN Depok Todong Pistol: Dia Pakai Tanah Fasos-Fasum
14 Agustus 2024 12:41 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Pria berinisial DR, staf panitera Pengadilan Negeri Depok, menodongkan pistol airsoft gun ke warga di perumahannya, Pondok Petir Residence, Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, pada Sabtu (10/8).
ADVERTISEMENT
Magfiroh (45 tahun) warga kompleks perumahan tersebut, sekaligus Pengurus Asrama Yatim Piatu Hidayatullah, menjelaskan bahwa duduk perkara dari kasus penodongan senpi, dimulai karena adanya teguran korban kepada pelaku.
Korban yang bernama Rastono mulanya menegur pelaku, DR, dengan menunjukkan surat bukti fasos-fasum (fasilitas sosial-fasilitas umum) dari ponselnya.
Surat tersebut memuat bahwa saung kecil di belakang rumah DR harus dibongkar ada di atas tanah fasos-fasum.
Peneguran ini dilakukan Rastono karena ia sudah berjanji pada DR pada 2 tahun lalu, untuk menunjukkan bukti saung tersebut memang berada di tanah fasos-fasum.
"Pas datang, Assalamualaikum Pak DR, ini saya mau nanya, itu saung di belakang ini sudah ada surat pembongkaran. Kok kenapa enggak dibongkar?" ujar Magfiroh kepada kumparan, menirukan gaya bicara Rastono, Rabu (14/8).
ADVERTISEMENT
Setelah ditunjukkan bukti surat dari ponsel Rastono, DR meminta Rastono untuk tetap di tempat, sedangkan DR masuk ke dalam rumah yang ternyata untuk mengambil senpi.
Rastono yang memang sudah memegang ponsel, akhirnya langsung merekam video saat DR mulai keluar dari rumahnya. Rastono terus merekam hingga terjadi pemukulan pada dirinya.
Magfiroh sendiri tak mengetahui kejadian pemukulan dan penodongan tersebut, ia baru menyadari ketika ada ramai-ramai di gang dekat rumah pelaku.
"Nah itu memang saya kejadiannya saya nggak tahu tuh. Tahu-tahu setelah kejadian saya baru tahu. Saya ngelihat lah 'Itu teman gue kenapa itu?' Lalu saya disamperin sama dia (Rastono), itu ada darah di jidat, memar di mata gitu merah, terus sama di leher yang saya tahu," ucap Magfiroh.
ADVERTISEMENT
Ia lantas bertanya pada korban, apa yang terjadi, lalu diakui bahwa korban ditodong pistol dan dipukuli oleh DR.
Hal ini membuat Magfiroh geram, sebab ia menilai Rastono adalah kawan baiknya.
"Wah saya emosi, saya mau samperin karena ini temen saya kan, dia sering hidup sama saya di sini, bantu-bantu. Padahal dia saya nggak bayar," tuturnya.
Usai menerima informasi dari Rastono, Magfiroh langsung masuk ke dalam asrama melapor ke kakaknya untuk mengobati Rastono yang luka-luka.
Setelah kembali ke pos jaga asrama, Rastono sudah pergi. Magfiroh kembali duduk di pos sambil melihat ke arah gang rumah pelaku.
"Nah saya duduk lagi di sini (pos jaga asrama), itu ada DR di sana (depan gang rumahnya), keluar. Ada dia lagi main hp nggak tahu nelepon siapa. Cuma ngeliat saya langsung masuk lagi, ke gang lagi. Sudah itu saja saya tahunya gitu doang," ungkap Magfiroh.
ADVERTISEMENT
Magfiroh mengatakan, sebelumnya masalah terkait saung di belakang rumah DR sudah terjadi konflik secara berulang.
Hal ini sudah pernah dimediasi di kantor kelurahan setempat dan selesai. Namun pembongkaran belum juga dilakukan oleh DR.
Magfiroh bahkan menyatakan bahwa Rastono merupakan orang yang tidak berada, namun ia sering membantunya mengurus masjid dan asrama yatim piatu miliknya tanpa dibayar.
"Cimer (Peci Merah/panggilan Magfiroh ke Rastono) suka bantu-bantu di asrama yatim. Kalau Cimer ini, demi Allah, saya nggak bayar," imbuhnya.
"Cimer ikhlas. Dia orang mantan jalanan. Kalau saya pikir saya lihat dari tampang, karena saya orang hijrah. Saya bilang ini orang begini enak diajak ngaji nih. Gue demen yang begini," tambahnya.
Magfiroh juga mengenal sosok DR sebagai sosok yang baik, ia pernah membantu mertua DR yang meninggal dunia untuk disalatkan hingga dimakamkan ke pemakaman.
ADVERTISEMENT
Namun Magfiroh merasa heran, DR bisa berbuat anarkis kepada Rastono hingga menodong senpi dan melakukan pemukulan.
"(Sosok DR) Baik. Cuma kalau antara hubungan Pak Rastono ini sama dia (DR) saya nggak tahu deh tuh. Kenal akrab apa nggak, saya nggak tahu. Cuma kalau saya sama Pak DR pribadi, itu baik," kata Magfiroh.
Lebih lanjut, ia menginginkan pada perkara kecil seperti peneguran yang dilakukan Rastono, jangan sampai kelewat emosi.
Ia menginginkan para warga untuk menyelesaikan masalah dengan musyawarah secara kekeluargaan.
"Ada apa-apa, musyawarah lah. Kita jangan sampai terjadi besar begini, karena kita orang dekat. Saya kalau ada apa-apa, musyawarah dulu sama dia," katanya.