Dugaan Kiai di Jember Cabuli Santriwati: Misteri Kamar Khusus Pakai Fingerprint

9 Januari 2023 1:58 WIB
·
waktu baca 6 menit
Ponpes Al Djaliel 2 yang berada di Desa Mangaran, Kecamatan Ajung, Jember. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ponpes Al Djaliel 2 yang berada di Desa Mangaran, Kecamatan Ajung, Jember. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Terdapat sebuah ruangan khusus dilengkapi dengan akses fingerprint di lantai dua Pondok Pesantren Al Djaliel 2 yang berada di Desa Mangaran, Kecamatan Ajung, Jember. Lokasi ini menjadi tempat diduga terjadinya pencabulan dari kiai Muhammad Fahim Mawardi selaku pengasuh ponpes tersebut dengan ustazah hingga santriwati.
ADVERTISEMENT
Dugaan tersebut terungkap saat HA, istri Fahim, membongkar peristiwa terkait dengan dugaan pencabulan tersebut.
Perempuan yang kerap disapa Ibu Nyai itu memberanikan diri datang ke kantor polisi selaku korban perselingkuhan antara suaminya dengan seorang ustazah serta mengadukan perbuatan cabul terhadap banyak santriwati di bawah umur.
Menurut Ibu Nyai, dugaan hubungan gelap itu terbongkar bermula dari sebuah insiden mendadak yang terjadi begitu saja pada Sabtu, 4 Januari 2023, sekitar jam 23.00 tengah malam. Peristiwa tersebut terjadi di kamar khusus di lantai 2 ponpes.
Sepengetahuan Ibu Nyai, kamar khusus itu dibuat untuk ruang podcast, sebab suaminya aktif menggunggah konten tentang agama di YouTube. Namun, beberapa waktu belakangan sering dipakai Kiai Fahim tidur.
ADVERTISEMENT
“Kamar menggunakan teknologi, pintu dipasangi fingerprint juga nomor password tertentu. Bu Nyai sendiri tidak diberikan akses. Tapi, beberapa santriwati justru punya akses," ungkapnya, Minggu (8/1).
HA, Istri Kaia di Jember. Foto: Dok. Istimewa
Ibu Nyai kemudian menceritakan peristiwa pada Sabtu malam. Ia mendengar ada seseorang yang menggedor-gedor kamar khusus tersebut. Dia pun memeriksa situasi dengan mengintip dari jendela. Sebab, sangat terasa janggal terjadi keributan tengah malam di lingkungan pesantren.
Dia kemudian melihat ada seorang santriwati turun dari tangga dengan gerak-gerik kesal. Sebab dia terlihat membanting pintu kamar seorang ustazah.
Ibu Nyai saat itu keluar dari kamar menuju teras rumah. Dia berpapasan dengan suaminya yang terlihat tergesa-gesa. Ibu Nyai menanyakan soal keributan apa yang terjadi di lantai dua, tetapi dijawab tak terjadi apa pun.
ADVERTISEMENT
"Saya tanya ada apa? Kok kayaknya ada masalah. Terus, suami saya mengelak tidak ada apa-apa," tutur Ibu Nyai.
Ibu Nyai bercerita, wajah kiai Fahim terlihat muram, dan langkah kakinya cukup cepat bergegas pergi. Saat itu, suaminya menuju kamar ibunya.
Ibu Nyai kemudian curiga atas peristiwa tersebut. Sebab, dia tak dilibatkan oleh suaminya itu. Kecurigaannya semakin menguat karena terus diabaikan dan sang suami tak menjawab pertanyaannya sama sekali usai keluar dari kamar ibunya.
Dia menilai ada persoalan yang sedang disembunyikan. Apalagi, suaminya sudah berubah sikap. Berbulan-bulan Ibu Nyai minim mendapat perhatian secara lahir maupun batin.
Perubahan perilaku disebutnya semenjak Kiai Fahim menyatakan punya hasrat berpoligami. Ingin punya istri sebanyak mungkin, bahkan jika bisa sampai 9 orang istri.
ADVERTISEMENT
"Suami saya tidurnya di lantai atas. Kalau ke kamar ku hanya kalau ambil baju. Hubungan kami tidak harmonis semenjak beberapa bulan lalu. Katanya ingin punya istri lagi: satu, dua, tiga, empat dan kalau perlu sembilan. Sejak itu, saya kalau dikatakan untuk nafkah lahir dan batin sangat kurang sekali,” ungkap Ibu Nyai.
Ponpes Al Djaliel 2, yang berada di Desa Mangaran, Kecamatan Ajung, Jember. Foto: Dok. Istimewa
Keesokan pagi hari usai insiden keributan lantai dua, Ibu Nyai memergoki santriwati yang semalam menggedor pintu kamar ustazah malah mendatangi ibu mertuanya. Ia tidak diberi tahu bahan perbincangan mereka. Hanya yang terlihat bahwa santriwati itu sedang menangis.
Siang harinya, si santriwati sudah tidak berada di pesantren. Ibu Nyai lantas mengetahui baru saja yang bersangkutan diantar pulang ke rumah orang tuanya oleh Kiai Fahim bersama ibu mertua.
ADVERTISEMENT
"Ibu mertua saya bilang habis pulang dari mengantar salah satu orang santriwati yang sambil nangis-nangis," kata dia.
Diam-diam Ibu Nyai memberanikan diri naik ke lantai dua dan masuk ke kamar khusus, ketika berkesempatan melihat suaminya sedang tidur di kamar lantai satu. Ia tak bercerita bagaimana bisa memasuki kamar tersebut.
Ilustrasi ruangan gelap. Foto: needpix
Ibu Nyai kemudian melihat isi HP Kiai Fahim. Di dalamnya terdapat belasan file rekaman suara laki-laki dan perempuan yang mengeluarkan desahan khas orang sedang berhubungan intim.
Ibu Nyai mengenali suara kedua orang tersebut. Suara lelaki di rekaman yaitu suaminya, sedangkan yang suara perempuan adalah ustazah.
"Ada rekaman suara ciuman, desahan, percakapan dan lain-lain. Saya cek file rekaman tertanggal 25 November 2022. Berarti, hubungan mereka sudah lama. Saya pun kaget,” urai Ibu Nyai.
ADVERTISEMENT
Ibu Nyai kian terkejut saat mendapati kontak telepon orang lain di HP suaminya yang diberi nama spesial, yakni dengan istilah 'Zaujati'. Ibu Nyai tahu kata asal bahasa Arab itu digunakan untuk memaknai sebutan yang berarti 'wahai istriku'.
Kontak telepon bernama Zaujati itu setelah diperiksa olehnya ternyata berisi nomor seluler yang sama dengan milik ustazah. Hal ini spontan menyentaknya.
Ibu Nyai kemudian mendatangi ustazah itu untuk menanyakan status hubungannya dengan Kiai Fahim. Benar saja, kecurigaannya tentang suaminya terjawab dari mulut ustazah langsung.
Selain itu, ustazah juga mengakui soal pintu kamarnya yang semalam digedor-gedor. Ustazah bercerita, ia sedang dilabrak santriwati yang cemburu karena turut menjalin hubungan bersama Kiai Fahim.
"Dijawab jujur jika malam itu ustazah satu kamar di ruang khusus dengan Fahim. Kemudian yang gedor-gedor pintu si santriwati karena cemburu," beber Ibu Nyai.
ADVERTISEMENT
Selebihnya, Ibu Nyai tak menceritakan lebih jauh soal kejanggalan yang ia dapatkan. Dia mengatakan, HP suaminya telah ia serahkan ke polisi.
"Untuk HP suami saya sudah diamankan. Itu yang saya serahkan ke polisi,” pungkas HA mengakhiri pernyataannya kepada awak media.
Respons Kiai Fahim
Kiai Fahim menuding balik Ibu Nyai sedang gencar memfitnahnya. Istrinya itu dianggapnya memainkan sandiwara lewat tuduhan perbuatan cabul.
"Saya bertaruh. Kalau punya bukti yang katanya mencabuli atau apalah bahasanya, saya berani jalan jongkok dari Jember ke Jakarta telanjang bulat. Saya bersumpah, Wallahi saya berani seperti itu," ucapnya.
Lelaki yang kerap membagikan konten soal agama ke YouTube dengan channel Benteng Akidah itu menyebut telah mentalak istrinya. Walaupun belum ada putusan cerai resmi dengan di pengadilan agama.
ADVERTISEMENT
Kasus ini sedang ditangani oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Jember usai pengaduan dari HA. Penyelidik mulai mengumpulkan data, dan bahan keterangan.
"Jadi, Ibu Nyai ini berkonsultasi mau melakukan pengaduan karena Pak Kiai disebut sering kalau malam memasukkan santriwati ke dalam ruangan khusus. Masuknya dari malam, keluarnya dini hari," tutur Kanit PPA, Iptu Dyah Vitasari.
Vitasari, mengatakan sebanyak 15 santriwati diajukan untuk divisum. Namun, baru 6 orang saja yang sudah diperiksa di RSD dr Soebandi.
"Kami menunggu hasil pemeriksaan medis dari dokter. Jadi, mohon waktu,” tutur Vitasari.
Di sisi lain, Kiai Fahim juga akan diperiksa oleh polisi. Kuasa hukum kiai, meminta penundaan pemeriksaan karena kesehatan kliennya yang drop. Dia memastikan kliennya akan siap diperiksa pada Selasa (10/1).
ADVERTISEMENT