Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dugaan Otak Upaya Pembunuhan Trump, Mungkinkah Eropa Terlibat?
18 Juli 2024 13:26 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pengamat hubungan internasional dari UI, Suzie Sudarman, mengungkap dugaan siapa dalang aksi penembakan terhadap Donald Trump. Capres Partai Republik itu dicoba dibunuh pada akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Dugaan itu disampaikan Suzie pada podcast Diptalk eps 21: Kupas Konspirasi Penembakan Trump, Untungkan Siapa? yang tayang di kanal YouTube kumparan.
Menurut Suzie, Trump yang akan bertarung pada Pemilu AS November mendatang membuat banyak pihak khawatir jika dia menang. Salah satunya adalah Eropa, yang beberapa negaranya bergabung dengan aliansi militer Barat, NATO.
"Donald Trump menginginkan Amerika tidak terlibat di NATO, mau keluar dari NATO. Untuk sebagian kalangan di luar negeri juga takut akan perubahan ini," kata Suzie.
Suzie menjelaskan, kekhawatiran itu disebabkan AS merupakan produsen senjata terbesar di dunia. Sedangkan, NATO mendukung perjuangan Ukraina melawan agresi Rusia yang membutuhkan dukungan senjata dari AS.
Di samping Eropa, beberapa laporan media di AS menduga Iran sebagai otak serangan terhadap. Salah satu pejabat tinggi di Garda Revolusi, Qassem Soleimani, tewas saat Trump berkuasa, Iran dituduh ingin membalas dendam terhadap Trump.
ADVERTISEMENT
"Jadi kemungkinan ada kekuatan di luar itu yang melakukan hal ini, juga mungkin saja," kata Suzie.
Selain dari luar AS, Suzie mengungkap ada pula pihak di dalam AS yang kemungkinan sebagai dalang percobaan pembunuhan terhadap Trump.
Akan tetapi, dari sepengamatan lulusan Johns Hopkins University, AS, ini, kecil kemungkinan Partai Demokrat saingan Trump sebagai dalang pembunuhan. Suzie mengatakan, Partai Demokrat tak punya kemampuan membunuh rival politik.
Oleh karenanya, Suzie tidak bisa membeberkan secara gamblang siapa orang di dalam AS yang diduganya sebagai otak serangan terhadap Trump.
Sejauh ini, aparat AS menyebut penembak Trump adalah Thomas Matthew Crooks.
"Karena anak ini (Crooks) adalah anak usia 20 tahun yang sebetulnya nggak punya background apa pun juga. Mungkin dia dijanjikan apa atau dia di-convince," ucap Suzie.
ADVERTISEMENT
Suzie tak menutup kemungkinan kondisi kejiwaan dari Crooks mendorongnya mencoba membunuh Trump.
"Kawannya yang di-interview bilang bahwa memang dia suka menyendiri, yang banyak kan orang-orang yang suka nembak itu biasanya an isolated individual, personality-nya nggak social," kata Suzie.
"Kalau dilihat dari situ, mungkin aja bukan konspirasi, tapi mungkin orang mental health deficiency, mungkin ada sakit jiwanya gitu," pungkas Suzie.