Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Duka yang Tersisa dari Kebakaran Rumah Kos di Surabaya
31 Mei 2018 9:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Dedit Prasetyo duduk di teras ruang jenazah RSUD dr Soetomo, Rabu (30/5) sembari menangis tersedu-sedu. Kata-kata penghiburan dari kerabatnya, tak cukup untuk meredam fakta: istri dan anak semata wayangnya tewas dalam kebakaran rumah kos di Jalan Kebalen Kulon 2 nomor 9 Surabaya, Selasa (29/5)
ADVERTISEMENT
"Iku mau bojoku mbek anakku?" tanya Dedit berulang kali, masih tak percaya.
Padahal, siang itu ia masih menyempatkan diri pulang ke kosan dan menemani istrinya, Tina Rismayanti, menyuapi buah hati mereka yang baru berusia 2 bulan. Seperti biasa, tak ada firasat apapun, Dedit berpamitan dan mengecup kening istri dan anaknya penuh rasa sayang.
Namun siapa sangka, belum sampai di tempat kerja, Dedit mendapat kabar mengejutkan. Bak petir di siang bolong, Dedit panik, rumah yang menjadi tempatnya tinggal hangus terbakar.
"Belum sampai di tempat kerja saya, saya mendapat telepon jika kos saya terbakar. Saya kembali pulang," ucap Dedit kepada wartawan.
Sampai di kos, ia panik bukan kepalang, berusaha mencari secercah harapan bagi dua orang kesayangannya. Namun apa daya, keduanya telah tewas, dilalap si jago merah bersama 6 orang penghuni kos lainnya.
Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, AKBP Antonius Agus Rahmanto, mengatakan, delapan korban tewas terdiri dari seorang bayi, tiga anak-anak dan empat orang dewasa yang terdiri dari tiga perempuan dan seorang pria.
ADVERTISEMENT
Sementara, 12 orang penghuni lainnya selamat, meski beberapa mengalami luka.
Awalnya, polisi sempat kesulitan mengenali jenazah para korban yang mengalami luka bakar serius. Setelah proses identifikasi selama 12 jam, kedelapan jenazah berhasil dikenali dan langsung diserahkan kepada pihak keluarga.
"Semua korban meninggal nyaris tidak bisa dikenali karena kondisi hangus," ungkap Kepala Instalasi PKRS dan Humas RSUD dr Soetomo, dokter Pesta Parulian.
Kebakaran itu sendiri diduga terjadi karena hubungan arus pendek. Saat api membesar, ukuran kamar yang kecil membuat para korban kesulitan saat menyelamatkan diri.
Tim rescue Pemadam Kebakaran Surabaya menyayangkan akses penghuni rumah kos hanya satu pintu sehingga korban terjebak di dalam bangunan.Tim pemadam bahkan baru menyadari adanya 8 korban yang terbakar usai melakukan pembasahan.
ADVERTISEMENT
"Kami minta keterangan warga, tapi mereka menyatakan sudah menyelamatkan diri dan meloncat lewat jendela," ujar Kasi Pencegahan Bidang Operasional Dinas Damkar Surabaya Sukarno, di Surabaya, Rabu (30/5).
Dari enam kamar yang berada di dua lantai, hanya ada satu pintu keluar utama yang berada di lantai satu berupa rolling door. Hanya ada satu tangga penghubung ke lantai dua.
Padahal, tim rescue mendapati sumber api berada di dekat tangga lantai dua. Sedangkan di lantai dua, hanya ada satu jendela kaca yang kecil, ukurannya hanya sekitar 1 meter x 0,5 meter.
Jendela itu menjadi satu-satunya jalan alternatif untuk menyelamatkan diri. Namun, tinggi lantainya juga cukup lumayan sekitar 3,5 meter. Artinya, jika ingin menyelamatkan diri lewat jendela, risiko terluka pun semakin besar.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya Candra Oratmangun menambahkan, pemilik rumah setidaknya harus membuatkan dua pintu keluar sebagai antisipasi kejadian darurat. Selain itu, rumah di TKK Kebalen sangat minim jendela ventilasi meskipun struktur tembok permanen.
Selain itu, lazimnya rumah di lantai dua ada teras atau balkon, sehingga bisa dipakai sebagai alternatif menyelamatkan diri.
"Kita sayangkan pemilik kos ini tidak membuat pintu keluar yang memadai ketika terjadi kondisi darurat," sesal Candra.
Live Update