Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Duterte Sebut Uskup 'Anak Pelacur' karena Mengkritik Perang Narkoba
12 Januari 2019 16:44 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengecam para uskup di negara tersebut dengan sebutan 'anak pelacur'. Kecaman tersebut muncul menyusul kritik keras dari gereja atas perang berdarahnya terhadap kasus narkoba.
ADVERTISEMENT
"Hanya saya yang bisa menyebut bahwa para uskup itu adalah anak-anak pelacur. Itu benar," kata Duterte dalam pidatonya di Manila, dilansir Reuters, Sabtu (12/1).
Duterte mulai mendeklarasikan perang melawan narkoba sejak awal jabatannya pada pertengahan 2016 lalu. Namun, kampanye tersebut mulai diragukan setelah ribuan orang terbunuh.
Tindakan keras Duterte melawan narkoba awalnya mendapat dukungan dari beberapa pihak. Namun, belakangan, beberapa sektor gereja mulai vokal menyerukan keadilan dan menawarkan perlindungan bagi para pengguna narkoba.
Setidaknya, ada lima ribu orang yang tewas dalam operasi anti-narkoba yang dilakukan oleh polisi atas perintah Duterte. Namun, pihak kepolisian menolak tudingan bahwa pembunuhan itu merupakan bagian dari eksekusi.
Kepolisian Filipina menyebut, para penjual dan pengguna narkoba tersebut tewas dalam baku tempat dengan polisi. Saat itu, polisi hanya melakukan tindakan membela diri saja.
Filipina merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk beragama Katolik. Sekitar 80 persen dari warga Filipina adalah pemeluk Katolik Roma.
ADVERTISEMENT
Pada Juni lalu, Duterte mendapat kecaman besar setelah secara terbuka menghina Tuhan. Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi nasional Filipina, Duterte menyinggung kenapa Tuhan menciptakan Adam dan Hawa hanya untuk membiarkan mereka menyerah pada godaan iblis.
"Siapa Tuhan yang bodoh ini? Si kurang ajar ini, benar-benar bodoh," sebut Duterte.
Kalimat Duterte itu membuat seantero Filipina yang mayoritas beragama Katolik meradang. Juru bicara pemerintah Harry Roque mengatakan, kalimat Duterte itu hanya sebuah opini pribadi.