Dwi Hartanto dan Kebohongan yang Terungkap

9 Oktober 2017 8:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dwi Hartanto (Foto: Dwi Hartanto)
zoom-in-whitePerbesar
Dwi Hartanto (Foto: Dwi Hartanto)
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini seorang mahasiswa bernama Dwi Hartanto mengejutkan publik karena melakukan sejumlah kebohongan terstruktur, hingga membuat banyak orang mempercayainya. Mahasiswa S3 yang tengah melanjutkan studinya di Faculty of Electrical Engineering, Mathematics and Computer Science, TU Delft, Belanda, ini, sempat menyebut bahwa dirinya tengah meneliti teknologi roket untuk militer di bidang pertahanan dan keamanan, dan satelit untuk misi ke luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2015, ia muncul di media massa atas karyanya di dunia aeronautika, karena disebut menciptakan Satellite Launch Vechile/SLV (Wahana Peluncur Satelite, red) dengan teknologi termutakhir yang disebut The Apogee Ranger V7s (TARAV7s). TARAV7s merupakan satu dari sejumlah prestasi yang ditorehkan oleh Dwi. Ia juga disebut memiliki lima hak paten di bidang kedirgantaraan dan kini disebut tengah terlibat proyek pembuatan Eurofighter Typhoon Defence.
Ia juga menyebut bahwa dirinya sedang terlibat dalam penyempurnaan teknologi pesawat tempur Eurofighter Typhoon generasi anyar milik Airbus Defence. Atas 'prestasinya' ini, Dwi mengklaim bahwa dirinya berulang kali ditawari paspor Belanda. Pada tahun 2016, Dwi yang juga mengaku sebagai lulusan Tokyo Institute of Technology,Jepang ini, sempat beberapa kali diwawancarai sejumlah media nasional terkait prestasinya. Dalam wawancara tersebut, Dwi terlihat sangat lihai menjelaskan penelitian yang tengah dia lakukan di negeri kincir angin tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun satu tahun berselang, kebohongan terstruktur yang dilakukan oleh Dwi, akhirnya terbongkar juga, setelah alumni TU Delft di Indonesia menyelidiki latar belakangnya.
Penyelidikan tentang kebohongan Dwi, bermula saat dia diundang sebagai pembicara di salah satu konferensi tentang kedirgantaraan di Indonesia. Kala itu, alumni TU Delft di Indonesia menyelidiki background Dwi, namun tak menemukannya.
"Alumni yang awalnya nyelidiki ini adalah dosen di Indonesia, dulunya TU Delft juga, bidang aerospace engineering. Dia merasa ada yang aneh dengan Mas Dwi, lalu dicek backgroundnya. Agak dalam juga tuh ngeceknya," kata salah seorang mahasiswa TU Delft saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Minggu (8/10).
Dwi Hartanto (Foto: Dok. Dwi Hartanto)
zoom-in-whitePerbesar
Dwi Hartanto (Foto: Dok. Dwi Hartanto)
Mereka juga menanyakan ke European Space Agency (ESA), karena Dwi mengaku bekerja di sana. Namun ternyata setelah dikroscek, tidak ada nama Dwi Hartanto di ESA. Dia tak tahu sejak kapan Dwi Hartanto berbohong. Namun menurutnya penyelidikan kasus Dwi sudah berlangsung cukup lama.
ADVERTISEMENT
"Awal mula kecurigaan alumni itu sudah lama. Mungkin sudah setahunan," katanya.
Akhirnya, Dwi diinterogasi oleh PPI Delft, PPI Belanda, dan KBRI Den Haag, dan dia mengakui kesalahannya. Dwi yang menyelesaikan pendidikan S1 nya di Akprind Yogyakarta itu juga telah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada publik.
Karena kebohongannya ini, KBRI Belanda akhirnya mencabut penghargaan untuk Dwi, karena mengaku memenangkan kompetisi riset teknologi antar Space Agency (Lembaga Penerbangan dan Antariksa) dari seluruh dunia di Cologne, Jerman. Namun sayang, prestasi tersebut, lagi-lagi hanya khayalan semata.
"Menetapkan, keputusan kepala perwakilan tentang pencabutan keputusan kepala perwakilan Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda Nomor SK/023/KEPPRI/VIII/2017 tentang penghargaan kepada DR. Ir. Dwi Hartanto," tulis surat tersebut, seperti tercantum dalam situs resmi KBRI Belanda, http://ina.indonesia.nl, Kamis (5/10).
ADVERTISEMENT
Karena sudah kadung ketahuan, Dwi pun tak dapat mengelak lagi. Melalui surat pernyataan tertulis, pria ini akhirnya meminta maaf karena telah menimbulkan kehebohan atas prestasi 'semu' yang sempat dia gembar-gemborkan ke publik. Dalam pernyataannya, Dwi pun mengaku khilaf.
Dwi Hartanto (Foto: Dwi Hartanto)
zoom-in-whitePerbesar
Dwi Hartanto (Foto: Dwi Hartanto)
Saya mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah dirugikan atas tersebarnya informasi-informasi yang tidak benar terkait dengan pribadi, kompetensi, dan prestasi saya.
Saya mengakui dengan jujur, kesalahan/kekhilafan dan ketidakdewasaan saya, yang berakibat pada terjadinya framing, distorsi informasi, atau manipulasi fakta yang sesungguhnya secara luas yang melebih-lebihkan kompetensi dan prestasi saya.
Saya sangat berharap bisa berkenan untuk dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.
Untuk itu saya berjanji:
1. Tidak akan mengulangi kesalahan/perbuatan tidak terpuji ini lagi,
ADVERTISEMENT
2. Akan tetap berkarya dan berkiprah dalam bidang kompetensi saya yang sesungguhnya dalam sistem komputasi dengan integritas tinggi,
3. Akan menolak untuk memenuhi pemberitaan dan undangan berbicara resmi yang di luar kompetensi saya sendiri, utamanya apabila saya dianggap seorang ahli satellite technology and rocket development, dan otak di balik pesawat tempur generasi keenam.
Dwi Hartanto dan B.J. Habibie. (Foto: Dok. Pribadi Dwi Hartanto)
zoom-in-whitePerbesar
Dwi Hartanto dan B.J. Habibie. (Foto: Dok. Pribadi Dwi Hartanto)
Soal apa yang dilakukan Dwi ini, ada yang menilai dia menunjukkan sejumlah ciri-ciri pengidap Mythomania atau gangguan psikologis suka berbohong, namun belum dapat dipastikan apakah pria ini memang menderita gangguan psikologis tersebut.
Tapi pastinya Dwi telah melakukan kebohongan besar, publik telah ditipu. Ada juga suara yang menyampaikan agar Dwi dihukum, karena maaf saja tak cukup. Namun tentu, biar publik yang menilai.
ADVERTISEMENT