Edhy Prabowo soal 8 Sepeda yang Diamankan KPK: Tak Ada Hubungannya dengan Saya
ADVERTISEMENT
Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo , diperiksa penyidik KPK pada Kamis (3/12) ini.
ADVERTISEMENT
Seusai pemeriksaan, Edhy yang penghobi bersepeda ini berbicara mengenai 8 sepeda yang diamankan KPK saat menggeledah rumah dinasnya di Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan.
Edhy mengatakan 8 sepeda tersebut tak berkaitan dengannya. Namun Edhy tak menjelaskan maksud tidak berkaitan, apakah pembeliannya bukan hasil suap benih lobster atau sepeda yang diamankan bukan miliknya.
Ia hanya mengakui sepeda yang dibeli di Amerika Serikat (AS) diduga tipe S-Work Roubaix sebagai miliknya. Sepeda tersebut telah menjadi barang bukti KPK.
"Saya beli sepeda kan waktu di Amerika. Ya (kalau) maksud Anda sepeda yang di rumah (dinas) saya itu? Kalau itu tanya sama penyidik. Enggak ada hubungannya dengan saya itu," kata Edhy di KPK.
Sementara dalam pemeriksaan, Edhy mengaku dikonfrontir terkait sejumlah barang bukti yang sudah diamankan penyidik KPK .
ADVERTISEMENT
"Saya dikonfrontir dengan bukti-bukti. Sudah saya akui semuanya," kata Edhy.
Edhy tak menjelaskan maksud mengakui sejumlah barang bukti apakah dibeli dari uang suap ekspor benih lobster atau lainnya. Sebab ia nampak terburu-buru masuk ke mobil tahanan yang menjemputnya.
Namun ia mengakui membeli sejumlah barang saat lawatannya ke Amerika Serikat.
"Yang barang barang saya beli di Amerika itu, kayak apa baju, ya semuanya," ucapnya.
Sebelumnya, penyidik KPK sempat mengamankan sejumlah barang dalam penggeledahan di rumah dinas Edhy. Barang bukti yang diamankan mulai dari 8 sepeda hingga uang Rp 4 miliar.
Dalam kasus ini, KPK sudah menetapkan 7 orang sebagai tersangka. Tersangka penerima suap adalah Edhy Prabowo; Staf Khusus Menteri KP, Safri; Staf Khusus Menteri KP, Andreau Pribadi Misanta; Pengurus PT Aero Citra Kargo, Siswadi; Staf istri Menteri KP, Ainul Faqih; Amiril Mukminin.
Sementara tersangka pemberi suap adalah Direktur PT Dua Putra Perkasa, Suharjito.
ADVERTISEMENT
Edhy Prabowo diduga melalui staf khususnya mengarahkan para calon eksportir untuk menggunakan PT Aero Citra Kargo bila ingin melakukan ekspor. Salah satunya adalah perusahaan yang dipimpin Suharjito.
Perusahaan PT ACK itu diduga merupakan satu-satunya forwarder ekspor benih lobster yang sudah disepakati dan dapat restu dari Edhy. Para calon eksportir kemudian diduga menyetor sejumlah uang ke rekening perusahaan itu agar bisa ekspor.
Uang yang terkumpul diduga digunakan untuk kepentingan Edhy Prabowo. Salah satunya ialah untuk keperluan saat ia berada di Hawaii, AS.
Ia diduga menerima uang Rp 3,4 miliar melalui kartu ATM yang dipegang staf istrinya. Selain itu, ia juga diduga pernah menerima USD 100 ribu yang diduga terkait suap. Adapun total uang dalam rekening penampung suap Edhy Prabowo mencapai Rp 9,8 miliar.
ADVERTISEMENT