Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Penasihat Alumni 212, Eggi Sudjana, menyoroti hasil hitung cepat (quick count) yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Eggi menganggap prediksi kemenangan tersebut penuh kecurangan.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang disoroti Eggi adalah kecurangan di Malaysia dalam insiden surat suara tercoblos 01 sebelum pemilihan. Untuk itu, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan menggerakkan people power apabila paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno harus kalah karena kecurangan.
“Saya dengar tadi insyaallah setelah jam 7 atau jam 8 akan diumumkan resmi, apakah betul ada kecurangan serius, maka analisis yang sudah dilakukan oleh pemimpin kita juga, Prof Amin Rais, people power itu harus dilakukan. Setuju?” tanya Eggi yang dijawab ‘setuju’ oleh para pendukung Prabowo-Sandi di Kertanegara, Jakarta, Rabu, (17/4).
Eggi menegaskan people power merupakan salah satu bentuk perlawanan melalui kekuatan rakyat. Ia merasa, melalui gerakan ini, langkah Prabowo-Sandi sebagai capres-cawapres bisa terwujud.
ADVERTISEMENT
“Kalau people power itu terjadi, kita tidak perlu lagi ikuti konteks-konteks, tahapan-tahapan, karena ini sudah kedaulatan rakyat. Maka mungkin ini cara dari Allah, Prabowo dilantik tidak harus nunggu 20 Oktober,” ujar Eggi.
“Inilah kekuatan people power, tapi kita berharap kesatuan Indonesia tetap terjaga. Ini yang bikin brengsek elite-elite saja,” tambahnya.
Eggi lalu menyinggung kemenangan Jokowi di Pemilu tahun 2014 hanya meraup 8 juta suara. Menurutnya, kemenangan Jokowi saat ini sebenarnya bisa dikalahkan dengan jumlah alumni 212 yang mencapai 13 juta orang.
Sehingga, Eggi menegaskan, Jokowi tidak akan bisa memenangkan Pemilu kalau tanpa kecurangan. Apalagi, kata Eggi, saat kampanye berlangsung, massa pendukung Jokowi tidak banyak. Berbeda dengan Prabowo yang selalu diramaikan pendukungnya saat kampanye di daerah.
“Dalam konteks analisis, kalau 2014 itu Prabowo dikalahkan oleh 8 juta suara, itu sebenarnya sudah teratasi ketika 2016 sampai kemarin 2018 ada alumni 212 bisa mengumpulkan 13 juta orang di Monas. Artinya 8 juta itu sudah kalah banyak,” tutur Eggi.
ADVERTISEMENT