Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Kasus varian corona baru Eek atau E484K terdeteksi di Indonesia sejak Februari. Kasus pertama ini ditemukan di Jakarta Barat.
ADVERTISEMENT
Varian ini ditemukan berdasarkan whole genome sequencing yang dilakukan LBM Eijkman selama hampir satu bulan. Sehingga baru ditemukan dilaporkan akhir Maret lalu.
"Baru satu kasus dan sudah sembuh," kata Kepala Eijkman Prof Amin Soebandrio melalui pesan singkat, Rabu (7/4).
Pelacakan kontak erat pun telah dilakukan. Pemerintah memastikan tidak ada penularan dari kasus ini.
Namun, masyarakat diminta tetap waspada dan selalu menaati protokol kesehatan. Sebab, varian ini diduga lebih berbahaya.
"Hanya dikhawatirkan lebih cepat menular dan menurunkan efikasi vaksin," tuturnya.
Tentu hal ini harus diwaspadai. Sebab, 2 vaksin yang saat ini digunakan di Indonesia efikasinya tidak terlalu tinggi. Efikasi vaksin Sinovac di angka 65,3 persen, sementara AstraZeneca 62,1 persen.
ADVERTISEMENT
Apabila varian ini semakin banyak disebut beberapa ilmuwan bisa menurunkan efikasi maksimal sampai 10 persen. Untuk itu masyarakat dan pemerintah harus bekerja keras mencegah penularan.