Ekonom Nilai Wajar Anggaran Pertahanan Keamanan Naik dalam RAPBN 2022

24 Agustus 2021 14:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi alutsista Indonesia. Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi alutsista Indonesia. Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ekonom senior Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menilai pemerintah perlu konsisten dengan agenda pertahanan dan keamanan meskipun sedang pandemi.
ADVERTISEMENT
Ia menilai alokasi anggaran pertahanan dan keamanan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 wajar meskipun belum diketok.
“Kalau kita semuanya enggak kepengin punya pertahanan keamanan yang bagus, ya enggak wajar (kenaikan anggaran). Tergantung kita, kalau kepenginnya enggak punya kapal selam, kapal selamnya tenggelam seharusnya anggaran pertahanan enggak usah ada," ujar Piter saat dihubungi, Selasa (24/8).
Piter mengatakan, anggaran pertahanan dan keamanan sangat dibutuhkan dalam rangka modernisasi alutsista Indonesia. Menurutnya, peremajaan alutsista harus tetap berjalan, karena pertahanan dan keamanan tak mungkin berhenti meski adanya pandemi.
"Iya kan di tengah pandemi ini kan bukan berarti waktu terhenti, kalau tidak berhenti kan berarti peremajaan itu tetap harus dilakukan, tank, kapal selam, semua itu tetap akan waktunya (peremajaan) akan tetap berjalan," terangnya.
Ekonom Piter Abdullah. Foto: Facebook/ @Piter Abdullah
Dalam RAPBN 2022, Kementerian Pertahanan (Kemhan), yang di dalamnya termasuk Mabes TNI, dialokasikan anggaran sebanyak Rp 133,9 triliun. Angka tersebut mengalami kenaikan jika dilihat dari outlook APBN 2021, yang sebesar Rp 118,2 triliun.
ADVERTISEMENT
Namun, dibandingkan penetapan awal APBN 2021, anggaran Kemhan ini turun. Pada penetapan APBN 2021, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 137,3 triliun.
Sementara untuk Polri, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 111,02 triliun dalam RAPBN 2022. Nilai tersebut meningkat 14,6 persen dibandingkan outlook APBN 2021 yang sebesar Rp 96,88 triliun.
Defile Alutsista TNI saat HUT Ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta TImur, Sabtu (5/10/2019). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Piter pun menilai penambahan anggaran pertahanan dan keamanan tak perlu dipersoalkan. Mengingat wilayah Indonesia sangat luas, sehingga membutuhkan sistem pertahanan dan keamanan yang andal dan mumpuni.
"Jadi ini memang harus, kita, masyarakat itu harus konsisten juga, kalau kita kepenginnya negara ini memiliki pertahanan dan keamanan yang sesuai, kita itu beda dengan Singapura, yang wilayahnya kecil, kita bandingkan saja dengan Singapura, berapa anggaran mereka untuk pertahanan keamanan mereka, kita seperti apa?" jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Terus pemerintah menganggarkan naik sedikit saja kita langsung mempertanyakan wajar atau tidak, ya menjadi sangat sulit," imbuhnya.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto Menghadiri penyerahan Kapal Selam Alugoro-405. Foto: Dok. Kemenhan
Piter mengatakan pemanfaatan anggaran pertahanan dan keamanan harus bisa maksimal.

Pertahanan Keamanan Dorong Pemulihan Ekonomi

Piter mengatakan, pemerintah memang sedang berupaya menangani pandemi COVID-19 dan memulihkan ekonomi negara, namun masalah lain, termasuk pertahanan dan keamanan, juga harus tetap jalan untuk mendukung upaya tersebut.
"Analoginya seperti ini, kalau kita sakit apakah kita tidak perlu juga mengunci pintu rumah kita? menjaga rumah kita? saya kira tetap harus ada yang bekerja di luar persoalan ekonomi," terangnya.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
Ia merasa apabila pertahanan dan keamanan negara terjaga tentu ekonomi akan lebih cepat pulih.
"Apakah ekonomi kita juga bisa berjalan kalau keamanan pertahanan kita enggak ada yang ngurusin? Jadi tidak semuanya langsung kepada topik yang kita maksudkan, misalnya di masa pandemi kita harus fokus pada pandemi dan ekonomi, yang lain enggak diurusin, ya enggak juga (seperti itu)," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Saya kira semuanya harus tetap berjalan aja. Tidak usah terlalu berlebihan, jangan berarti yang lain kita abaikan," pungkas Piter.
Ekonomi Indonesia diketahui mulai bangkit dari masa resesi dengan pertumbuhan mencapai 7,07 persen pada kuartal II-2021 secara tahunan (yoy), melonjak dibandingkan periode sama tahun lalu yang terkontraksi -5,32 persen.
Adapun pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi tahun 2022 berada di rentang 5 persen sampai 5,5 persen year on year (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan outlook pertumbuhan ekonomi 2021 di kisaran 3,7 persen-4,5 persen yoy.