Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Eks DPRD Indramayu Korban TPPO: Dipaksa Jadi Scammer, Disetrum, Tak Diberi Makan
10 Oktober 2024 18:51 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Yuli menerangkan awalnya Robi'in direkrut untuk bekerja sebagai admin HRD di sebuah perusahaan tekstil di Thailand melalui media sosial.
Robiin mendapatkan informasi lowongan pekerjaan tersebut melalui seorang teman yang menyarankan untuk melamar melalui Facebook dan dilanjutkan ke aplikasi WhatsApp.
Menurut Yuli, suaminya dijanjikan gaji Rp 16 juta per bulan, ditambah bonus dan izin kerja resmi. Namun, kenyataan yang dihadapi jauh berbeda.
"Berangkat September 2023, suami saya dijanjikan bekerja di Thailand, tapi ternyata diselundupkan ke Myanmar dan bekerja sebagai online scammer. Dia dipaksa bekerja 18 hingga 20 jam sehari dengan kondisi kerja yang tidak manusiawi," ungkap Yuli, Kamis (10/10).
Disiksa dan Tak Dibayar
Di Myanmar, Robi'in dipaksa memenuhi target 100 kontak per hari dalam pekerjaan penipuan online yang menyasar warga Eropa. Perusahaan sudah menyiapkan aplikasi scam, pekerja seperti Robi'in diminta menipu menggunakan aplikasi itu tanpa berbicara langsung dengan calon korbannya.
ADVERTISEMENT
Gaji yang dijanjikan tak pernah terealisasi, sementara hukuman berat diterapkan jika target tidak terpenuhi.
"Kalau targetnya tidak tercapai, dia disiksa. Suami saya pernah dipukul dengan kayu balok sebesar betis orang dewasa, disetrum, dan dihukum tidak diberi makan hingga tiga hari," tutur Yuli dengan mata berkaca-kaca.
Selain disiksa, anggota DPRD Kabupaten Indramayu periode 2014-2019 itu juga dikabarkan sempat "dijual" ke perusahaan lain di Myanmar.
"Saat ini suami saya bersama 37 WNI lainnya dalam kondisi sama. Mereka bekerja dalam tekanan dan tanpa bayaran," imbuh Yuli.
Berharap Pemerintah Selamatkan Robi'in
Sejak mengetahui nasib suaminya, Yuli berjuang melaporkan kejadian ini ke berbagai pihak, termasuk Polda, Kementerian Luar Negeri, Komnas HAM, dan Komnas Perempuan. Namun hingga kini, proses evakuasi belum membuahkan hasil.
ADVERTISEMENT
Yuli, yang kini harus menjadi tulang punggung keluarga, juga meminta bantuan pemerintah dan Presiden Joko Widodo serta Presiden Terpilih Prabowo Subianto agar segera memfasilitasi evakuasi suaminya dan para WNI lainnya yang menjadi korban.
"Saya memohon kepada Bapak Presiden Jokowi, kepada Bapak Prabowo sebagai Presiden Terpilih, kepada DPR, Kapolri, Kemenlu, hingga BNP2TKI, untuk segera mengevakuasi suami saya dan teman-temannya dari sana," pinta Yuli.