news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Eks Dubes Selandia Baru Bicara Tantangan Kehidupan Islam & Penegakan Hukum di RI

10 Maret 2025 0:26 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Dubes Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya dalam acara yang digelar Mubarok Institut di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (9/3/2025). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Dubes Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya dalam acara yang digelar Mubarok Institut di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (9/3/2025). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
Mantan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, membandingkan kehidupan umat Islam di Indonesia dengan di Selandia Baru. Tantowi menceritakan hal tersebut saat menghadiri kegiatan diskusi yang digelar Mubarok Institut di kawasan Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Tantowi menjelaskan di Selandia Baru terdapat kaum Agnostik. Menurut KBBI, Agnostik berarti orang yang berpandangan bahwa kebenaran tertinggi (misalnya Tuhan) tidak dapat diketahui.
Namun, kata Tantowi, meskipun adanya kaum Agnostik, mereka justru secara konsisten menjalankan nilai-nilai keislaman dan Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari, salah satunya dengan tidak melakukan korupsi.
"Di sana zero corruption," kata dia pada Minggu (9/3).
Sementara itu, menurut Tantowi, di Indonesia malah sebaliknya. Indonesia yang didominasi kaum muslim dan dikenal berpedoman pada Pancasila, malah acap kali melanggar aturan, seperti maraknya perilaku korup.
"Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan agama yang sangat kaya, tetapi masih belum mampu mengelola dengan baik untuk mencapai keharmonisan dan keamanan yang lebih baik," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Hal senada disampaikan oleh Chairman of Mubarok Institut, Fadil Mubarok. Dia mengibaratkan perilaku korup sebagai ulat bulu. Menurut dia, para koruptor seringkali berpindah dari satu tempat ke tempat lain demi mendapatkan keuntungan dengan cara yang kotor.
"Hiruk-pikuk yang kita lihat di medsos yang Pertamina sekian triliun dan sebagainya itu bagaimana ulat bulu," ujar dia.
Menurut Fadil, para koruptor mestinya dapat segera insaf. Mereka seharusnya dapat menjadi kupu-kupu yang indah dipandang dan tak lagi menjadi ulat bulu yang membuat 'gatal'.
"Harusnya mereka insaf," kata dia.
Di lokasi yang sama, Sekjen Mubarok Institut, Herry Purnomo, mengharapkan kegiatan diskusi itu dapat memantik kerja sama untuk membangun kehidupan bernegara yang lebih baik. Dia menilai semua elemen di masyarakat mesti bahu-membahu memperjuangkan kepentingan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Mubarok Institut berkomitmen untuk terus berkontribusi pada kemajuan masyarakat dan memperkuat ukhuwah serta kebersamaan di kalangan masyarakat," ucap dia.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Anak Pertama Ma'ruf Amin Siti Ma'rifah Ma'ruf Amin, Anggota BRIN Tri Wahyu Widodo dan Tri Mumpuni, Anggota KPPU RI Budi Joyo Santoso, serta Anggota DPD RI Abdul Kholik.