Eks KSAU: Tak Boleh Ada yang Menonjol Secara Sektoral di TNI

9 Oktober 2022 14:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan KASAU, Agus Supriatna di Gedung KPK Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mantan KASAU, Agus Supriatna di Gedung KPK Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
TNI memasuki usia ke-77. Banyak harapan dan tantangan ke dapan yang harus dihadapi, termasuk soal soliditas 3 matra TNI dan dengan berbagai stakeholder lain juga masyarakat.
ADVERTISEMENT
Mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI (purn) Agus Supriatna menekankan soal pentingnya sinergi antara satu matra di TNI dengan matra lainnya. Dengan sinergi, tak adanya lagi yang menonjol dari tiga matra TNI.
”TNI harus tetap mempertahankan melihat kepeloporan mulai dari dulu mulai zaman Bung Karno sampai Ibu Mega itu harus mempertahankan konsolidasi, soliditas, sinergi ketiga matra TNI. Tidak boleh ada yang menonjol secara sektoral, harus sinergitas ketiga matra TNI itu,” ujar Agus dalam diskusi yang digelar PDIP dalam rangka HUT TNI ke-77, Minggu (9/10).
Di samping itu, Agus juga turut menyoroti soal masih adanya pihak yang menyeret TNI kepada praktik politik praktis. Meski pengetahuan politik juga perlu dimiliki TNI, tapi bukan berarti TNI dapat ditarik ke praktik politik praktis.
ADVERTISEMENT
”Jangan misalkan selalu membawa ke dalam politik praktis. Memang TNI harus tahu politik, tetapi jangan dibawa dalam politik praktis,” sambungnya.
”Dalam pemilihan Panglima TNI contoh Panglima TNI itu ditunjuk oleh Presiden tapi sesuai undang-undang TNI harus ada persetujuan DPR, makanya DPR mengadakan fit and proper test tapi itu hanya terus minta persetujuan DPR. Jadi, bukan politik mengendalikan TNI, tapi ini tetap penunjukan dari seorang presiden atas persetujuan DPR,” ungkap Agus.
Perlu Penyesuaian Kebijakan Strategi Pertahanan
Diskusi PDIP Peringatan HUT ke-77 TNI. Foto: PDIP
Tak hanya soal sinergi hingga politik praktis, Agus juga menyoroti soal strategi pertahanan yang diusung TNI ke depan. Menurutnya harus ada penyesuaian kebijakan strategi pertahanan saat ini yang harus bisa menyesuaikan dengan tantangan geopolitik regional maupun global.
ADVERTISEMENT
”Kebijakan strategi pertahanan harus fokus pada tantangan dan ancaman perang saat ini yaitu asimetris war, cyber war, dan proxy War untuk tantangan ke depan,” kata Agus.
Karenanya, menurut Agus, perlu untuk selalu mengevaluasi secara mendasar kurikulum pendidikan TNI di berbagai lini dan tingkatan. Termasuk nantinya bagaimana mengatur postur pertahanan untuk tiap matranya.
Sejumlah prajurit TNI mengikuti upacara peringatan HUT ke-77 TNI di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (5/10/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara Foto
”Dengan mempertimbangkan ancaman TNI masa kini dan masa depan itu kita harus mempertimbangkan bahwa kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia ini terdiri dari gugusan pulau-pulau selayaknya postur TNI ke depan itu lebih diarahkan Kepada bagaimana kan matra laut dan bagaimana mata udara yang tetap tidak akan lupa dengan matra darat sebagai pertahanan teritorial,” Beber Agus.
”Jangan kita hanya membeli alutsista tapi kita tidak tahu bagaimana nanti kekuatan dan kemampuannya untuk menghadapi ancaman masa kini maupun masa mendatang dan bagaimana penggelaran,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT