Eks Presiden Brasil Akan Buat Aliansi Hutan dengan Indonesia Bila Menang Pemilu

31 Agustus 2022 16:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gambar dari udara penggundulan hutan hujan Amazon, Brasil. Foto: AFP/CARL DE SOUZA
zoom-in-whitePerbesar
Gambar dari udara penggundulan hutan hujan Amazon, Brasil. Foto: AFP/CARL DE SOUZA
ADVERTISEMENT
Calon Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, berniat menggaet Indonesia dan Republik Demokratik Kongo dalam aliansi terkait konservasi hutan hujan tropis bila memenangkan pemilu pada Oktober.
ADVERTISEMENT
Selain capres, Lula pernah menjadi Presiden Brasil. Lula memimpin Negeri Samba pada 2003 sampai 2010 lalu.
Lula akan memperkenalkan inisiasi itu dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-27 (COP27). Pertemuan tersebut akan berlangsung di Sharm El Sheikh, Mesir, pada 6-18 November 2022.
Tim kebijakan Lula tengah mempertimbangkan upaya membiayai konservasi dan pembangunan berkelanjutan di kawasan hutan hujan.
Aliansi tersebut akan mendorong resolusi untuk membantu negara-negara berkembang melestarikan hutan mereka. Sementara itu, negara-negara kaya akan berkontribusi dengan menyalurkan dana.
"Usulannya adalah untuk membentuk aliansi strategis untuk mengatasi masalah pendanaan pada COP di Mesir," ujar ajudan Lula, Aloizio Mercadante, dikutip dari Reuters, Rabu (31/8).
Luiz Inacio Lula da Silva Foto: Reuters/Ueslei Marcelino
Ketiga negara telah meluncurkan pembicaraan semacam itu sejak 2012. Para pejabat berusaha memenangkan pengaruh dalam pembicaraan internasional demi menjamin sumber daya hutan.
ADVERTISEMENT
"Sayangnya inisiatif tersebut tidak banyak mendapatkan daya tarik, terutama karena Indonesia yang tidak sepenuhnya mengikuti upaya tersebut karena alasan politik internal," terang kepala negosiator urusan perubahan iklim Kongo, Tosi Mpanu-Mpanu.
Lula berencana memperluas aliansi tersebut. Namun, pihaknya mengedepankan hutan hujan di lembah Amazon, Kalimantan, dan Kongo. Sebab, hutan-hutan itu terancam penebangan berlebihan.
Tindakan tersebut merusak keanekaragaman hayati dan melepaskan gas rumah kaca. Akibatnya, perubahan iklim pun dipercepat.
Anak-anak berpose di area kebakaran lahan gambut di kawasan Landasan Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kamis (19/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Kongo meyakini, deforestasi memiliki dinamika yang berbeda di masing-masing negara. Pihaknya mengatakan, kebijakan agroindustri agresif mendorong proses demikian di Brasil dan Indonesia.
Sektor tersebut meliputi peternakan sapi dan produksi minyak sawit. Sementara itu, Kongo terperosok dalam deforestasi akibat kemiskinan, praktik peladangan, dan kebutuhan energi.
ADVERTISEMENT
Lula lantas mengerahkan Partai Pekerja untuk mempersiapkan pembicaraan mendatang di PBB. Kelompok kerja mereka merancang proposal terkait pasar karbon global pula. Para penasihatnya telah mengontak pemerintah Indonesia dan Kongo.
"Menggabungkan suara mereka akan membawa lebih banyak bobot di depan negara-negara Barat yang bersedia menyediakan sumber daya untuk perlindungan hutan mereka," ungkap Mpanu-Mpanu.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Foto: Sergio LIMA / AFP
Usulan tersebut bertolak belakang dengan pendekatan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro. Dia menentang konservasi asing di Amazon. Tetapi, sejauh ini, Lula memimpin dalam jajak pendapat jelang pemilu.
Partai Pekerja telah melayangkan proposal pengurangan deforestasi selama beberapa bulan terakhir. Pihaknya juga menginisiasikan transisi ekonomi hijau.
Upaya tersebut dilakukan melalui kredit bagi petani, serta investasi dalam energi terbarukan dan proyek lainnya untuk menciptakan lapangan kerja.
ADVERTISEMENT
Tetapi, partai itu membutuhkan bantuan untuk mendapatkan pembiayaan internasional. Presiden Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan (Elsan) PBB, Jeffrey Sachs, sempat membuat pernyataan serupa.
"Melindungi Amazon dan hutan hujan membutuhkan pendanaan global," jelas Sachs saat mengunjungi organisasi riset Partai Pekerja, Perseu Abramo Foundation (FPA), di Sao Paulo.