news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Eks Presiden Iran Kecam Tindakan Keras Pihak Berwenang dalam Protes Mahsa Amini

7 Desember 2022 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Presiden Iran Mohammad Khatami di Teheran dalam file foto 22 Januari 2008. Foto: REUTERS/Caren Firouz
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Presiden Iran Mohammad Khatami di Teheran dalam file foto 22 Januari 2008. Foto: REUTERS/Caren Firouz
ADVERTISEMENT
Mantan Presiden Iran, Mohammad Khatami, mengkritik tindakan keras pihak berwenang dan menyanjung unjuk rasa anti-pemerintah atas kematian Mahsa Amini pada Rabu (7/12).
ADVERTISEMENT
Pria berusia 79 tahun itu menyinggung 'slogan indah' seperti 'Perempuan, Kehidupan, Kebebasan' yang telah menggema di seluruh Iran. Dia mengatakan, ungkapan tersebut menandai masyarakat sedang bergerak menuju masa depan yang lebih baik.
Komentar ini muncul dalam pernyataan untuk merayakan Student Day yang memperingati pembunuhan tiga mahasiswa Universitas Teheran oleh polisi Iran saat protes pada 7 Desember 1953.
Para pelajar turut memimpin gerakan kali ini dari garis depan sejak kematian Amini pada 16 September. Perempuan etnis Kurdi berusia 22 tahun tersebut meninggal dunia dalam keadaan koma usai diduga mengalami penyiksaan dalam tahanan polisi moral Iran.
Amini ditahan lantaran melanggar aturan ketat berpakaian dengan menampilkan sedikit rambut. Protes yang menyusul telah menyebar ke lebih dari 150 kota dan 140 universitas di 31 provinsi Iran.
Para pengunjuk rasa meneriakkan peringatan untuk Mahsa Amini, wanita yang meninggal dalam tahanan polisi bulan lalu, di aula masuk Universitas Teknologi Khajeh Nasir Toosi di Teheran, Iran, Rabu (26/10/2022). Foto: Reuters
Gerakan ini menjadi salah satu tantangan paling serius bagi pemerintah Iran sejak Revolusi Islam pada 1979. Khatami lantas memuji keterlibatan mahasiswa dan profesor dalam protes.
ADVERTISEMENT
Reformis yang menjabat dua periode sebagai presiden antara 1997 dan 2005 itu kemudian mengkritik penangkapan mahasiswa oleh aparat keamanan Iran. Dia menyerukan agar pihak berwenang memperhatikan tuntutan mereka sebelum terlambat.
"Tidak boleh kebebasan dan keamanan ditempatkan bertentangan satu sama lain, dan akibatnya kebebasan diinjak-injak dengan dalih menjaga keamanan, atau keamanan itu diabaikan atas nama kebebasan," jelas Khatami, dikutip dari BBC, Rabu (7/12).
"Saya menyarankan para pejabat untuk menghargai kehadiran ini dan, alih-alih menanganinya secara tidak adil, mengulurkan tangan membantu mereka dan, dengan bantuan mereka, mengenali aspek pemerintahan yang salah dan bergerak menuju pemerintahan yang baik sebelum sudah terlambat," ucapnya kepada pemerintah.
Seorang demonstran melihat sebuah sepeda motor polisi yang terbakar saat protes kematian Mahsa Amini, di Teheran, Iran, Senin (19/9/2022). Foto: WANA via REUTERS
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, telah menggambarkan aksi tersebut sebagai 'kerusuhan' yang dipicu 'musuh asing'. Dia memerintahkan pasukan keamanan untuk menanganinya dengan tegas.
ADVERTISEMENT
Alhasil, setidaknya 473 pengunjuk rasa telah tewas dan 18.215 lainnya telah ditahan di seluruh Iran. Pengadilan Iran bahkan menjatuhkan hukuman mati bagi lima pengunjuk rasa pada Selasa (6/12).
Mereka dituduh membunuh anggota cabang relawan paramiliter dari Pengawal Revolusi Iran (IRGC) saat demonstrasi pada 3 November. Sebelas terdakwa lainnya—termasuk tiga anak—dijatuhi hukuman penjara yang lama karena dituduh berperan dalam 'kerusuhan'.
Artinya, hingga sebelas orang telah dijatuhi hukuman mati sehubungan dengan protes tersebut sejauh ini.
"Orang-orang ini dihukum setelah proses yang tidak adil dan tanpa proses hukum," jelas direktur organisasi HAM, Iran Human Rights (IHR), Mahmood Amiry-Moghaddam.
"Tujuannya adalah untuk menyebarkan ketakutan dan membuat orang berhenti memprotes," sambung dia.