Eks Presiden Peru dan Istri Dihukum 15 Tahun atas Pencucian Uang

16 April 2025 14:43 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan presiden Peru Ollanta Humala dan istrinya Nadine Heredia. Foto: LUKA GONZALES/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Mantan presiden Peru Ollanta Humala dan istrinya Nadine Heredia. Foto: LUKA GONZALES/AFP
ADVERTISEMENT
Mantan presiden Peru, Ollanta Humala, dinyatakan bersalah atas tuduhan pencucian uang dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari BBC, Rabu (16/4), pengadilan menyatakan Humala menerima pendanaan ilegal dari perusahaan konstruksi Brasil, Odebrecht, untuk membiayai kampanye pemilu pada 1006 dan 2011.
Istrinya, Nadine Heredia, yang mendirikan Nationalist Party bersama Humala, juga dinyatakan bersalah atas tuduhan pencucian uang dan juga dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Kementerian Luar Negeri Peru mengatakan, Heredia diberikan suaka oleh Brasil dan aman berpergian ke sana bersama putranya.
Sebelumnya, jaksa penuntut meminta Humala dijatuhi hukuman 20 tahun dan Heredia hukuman 26,5 tahun penjara.
Setelah pengadilan berlangsung selama lebih dari 3 tahun, putusan yang sudah lama dinantikan akhirnya dijatuhkan pada Selasa (15/4). Humala hadir dalam sidang putusan, sementara istrinya mengikuti sidang secara daring.
Meski demikian, Humala dan istrinya menolak segala tuduhan.
ADVERTISEMENT

Siapa Ollanta Humala?

Mantan presiden Peru Ollanta Humala dan istrinya Nadine Heredia. Foto: LUKA GONZALES/AFP
Ollanta Humala merupakan mantan perwira militer yang berjuang melawan pemberontak Maoist, Shining Path. Ia pertama kali terkenal di dalam negeri pada 2000 saat memimpin pemberontakan militer melawan Alberto Fujimori yang merupakan presiden saat itu.
Pada 2006, ia mencalonkan diri sebagai presiden. Ia berkoalisi dengan presiden Venezuela saat itu, Hugo Chavez, dan jaksa menuduh Humala menerima dana ilegal dari Chavez untuk mendanai kampanyenya.
Rivalnya saat pemilu, Alan Garcia, menggunakan kedekatan Humala dengan Chavez sebagai cara untuk menyerangnya, memperingatkan pemilih agar Peru tidak berubah menjadi Venezuela yang lain.
Pada 2011, Humala kembali mencalonkan diri sebagai presiden. Kali ini dengan platform yang lebih moderat.
Saat itu, ia mengatakan daripada mencontoh revolusi sosialis Chavez di Venezuela, dia akan mencontoh kebijakan presiden Brasil saat itu, Luiz Inacio Lula da Silva. Pendekatannya terbukti sukses dan dia mengalahkan lawannya, Keiko Fujimori.
ADVERTISEMENT
Namun, konflik sosial yang keras di awal masa pemerintahannya dengan cepat meruntuhkan popularitasnya. Dia juga kehilangan banyak dukungan dari anggota kongres, yang semakin melemahkan posisinya.
Masalah hukum yang menimpanya dimulai tidak lama setelah masa jabatannya selesai pada 2016. Di tahun itu, raksasa konstruksi asal Brasil, Odebrecht, menyuap pejabat pemerintah dan partai politik di seluruh Amerika Latin untuk memenangkan pesanan bisnis.
Jaksa menuduh Humala dan istrinya menerima jutaan dolar dari Odebrecht. Satu tahun kemudian, hakim memerintahkan agar pasangan itu ditempatkan di tahanan praperadilan.
Mereka dibebaskan setelah satu tahun. Namun, penyelidikan terhadap hubungan mereka dengan Odebrecht terus berlanjut.