Eks Rektor Unair Bicara soal Minimnya Dokter Spesialis di Indonesia

4 Juli 2024 17:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Rektor Unair periode peroiode 2001-2006, Prof Dr Med Puruhito usai mengikuti aksi bela Prof Dr Budi Santoso dr SpOG (K) di halaman depan Kampus A, Unair Surabaya, Kamis (4/7/2024). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Rektor Unair periode peroiode 2001-2006, Prof Dr Med Puruhito usai mengikuti aksi bela Prof Dr Budi Santoso dr SpOG (K) di halaman depan Kampus A, Unair Surabaya, Kamis (4/7/2024). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mantan Rektor Unair periode periode 2001-2006, Prof Dr Med Puruhito memberikan komentar terkait minimnya jumlah dokter di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Prof. Puruhito mengatakan, Indonesia sebenarnya tidak kekurangan tenaga dokter. Permasalahan ada pada distribusinya.
"Kalau saya melihat yang salah itu distribusinya, itu saja. Sekarang kalau di Jakarta itu 30-40 ribu dokter spesialis, yang salah siapa? Ya mungkin mereka nggak mau keluar. Kalau saya datang di Flores nggak ada dokter. Dari Labuan Bajo sampai Ende puskesmasnya hanya dua. Kan sulit ya. Jadi kita (masalahnya) distribusi," ujar Prof. Puruhito kepada wartawan di Kampus A, Unair, Surabaya, Kamis (4/7).
Ratusan mahasiswa, dokter hingga tenaga kesehatan menggelar aksi bela Prof Dr Budi Santoso dr SpOG (K) yang diberhentikan sebagai dekan FK Unair di depan halaman Kampus A, Unair Surabaya, Kamis (4/7/2024). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Bahkan, kata dia, terkadang di Surabaya sendiri juga kekurangan tenaga dokter hingga kewalahan. Lagi lagi, masalahnya pada distribusi.
"Bukan kekurangan, distribusinya. Tapi produksi kita cukup memberikan jaminan dokter kita baik, itu yang penting. FK Unair adalah salah satu produsen dokter terbaik di Indonesia," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Mantan Rektor Unair periode peroiode 2001-2006, Prof Dr Med Puruhito usai mengikuti aksi bela Prof Dr Budi Santoso dr SpOG (K) di halaman depan Kampus A, Unair Surabaya, Kamis (4/7/2024). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Ia mengeklaim, dokter Indonesia bisa bersaing dengan dokter asing. Hanya saja, kata dia, kesulitannya berada di pembiayaan.
"Apakah kita mampu bersaing? Iya, kita nggak kalah. Yang kalah apanya? Duitnya. Bukan duit gimana, pembiayaannya itu yang kurang. Harga obat disinggung sama alkes, iya. Ya gimana lagi saya enggak tahu. Kok bisa mahal di Indonesia? Waduh itu kebijakan yang diluar kewenangan saya untuk menjawab, saya tidak tahu. Kita hanya bisa terima, kok mahal ya? Kok nggak ada ya? Itu salah satu faktor, saya sangat-sangat sedih," ungkapnya.
Sejumlah mahasiswa, alumni hingga dokter menggelar aksi di halaman depan Kampus A, Unair Surabaya, Kamis (4/7) siang.
Sejumlah karangan bunga bela Prof Dr Budi Santoso dr SpOG (K) yang diberhentikan sebagai dekan FK Unair terpasang di halaman depan Kampus A, Unair Surabaya, Kamis (4/7/2024). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Aksi itu digelar sebagai bentuk bela Prof Dr Budi Santoso dr SpOG (K) yang diberhentikan sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Surabaya.
ADVERTISEMENT
Diduga pencopotan itu terkait komentarnya yang tidak setuju dengan wacana Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin untuk mendatangkan dokter asing ke Indonesia.