Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Iran mengeksekusi mati warga Jerman, Jamshid Sharmahd, pada Senin (28/10). Kematian Jamshid Sharmahd memicu kemarahan Jerman.
ADVERTISEMENT
Sharmahd merupakan warga negara Jerman keturunan Iran. Sebelum dieksekusi, Sharmahd ditahan sekitar empat tahun di Iran.
Jerman menyebut eksekusi Sharmahd sebagai skandal. Mereka memperingatkan Iran akan berhadapan dengan konsekuensi serius atas aksi yang mereka sebut sebagai imbas rezim tidak berperikemanusiaan.
Sharmahd, yang juga memegang izin tinggal di AS, ditangkap aparat Iran pada 2020. Dia dan keluarga masuk ke Iran lewat Uni Emirat Arab.
Saat mengumumkan penangkapan terhadap Sharmahd, Iran menyebut itu terwujud berkat operasi kompleks. Iran tidak mengungkap kenapa, di mana, dan kapan Sharmahd ditangkap.
Pada Februari 2023, Sharmahd dijatuhi hukuman mati karena apa yang disebut korupsi di dunia. Hukuman itu kemudian diperkuat keputusan Mahkamah Agung setempat.
Media Mizan kemudian mengumumkan Sharmahd dieksekusi mati pada Senin (28/10/2024) pagi. Mizan melaporkan Sharmahd dieksekusi karena perannya pada pengeboman masjid di Shiraz pada 2008 lalu.
ADVERTISEMENT
Peristiwa berdarah itu menewaskan 14 orang. Sebanyak 300 lainnya terluka.
Sharmahd kemudian diduga memimpin kelompok Tondar. Grup itu masuk daftar hitam terorisme Iran karena bertujuan menggulingkan pemerintahan Republik Islam.
Anak Sharmahd, Gazelle, menyatakan ayahnya tak bersalah.Gazalle meminta Jerman dan AS membuktikan bahwa ayahnya telah dieksekusi.
"Jika tidak, jasadnya harus dibawa pulang segera dan Pemerintah Iran harus menerima hukuman berat," kata Gazalle seperti dikutip dari AFP.
Menlu Jerman Annalena Baerbock menegaskan, Iran berulang kali diingatkan perihal konsekuensi serius jika mengeksekusi Sharmahd.
"Eksekusi memperlihatkan sekali lagi seperti apa rezim tidak beperikemanusiaan di Teheran. Sebuah rezim yang memakai kematian melawan pemuda, rakyatnya sendiri dan warga asing," ucap Baerbock.