Presiden Joko Widodo, jokowi

Eksklusif Jokowi: Gerah Aksi Rusuh hingga Incar Menteri Energik

31 Mei 2019 10:03 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Presiden Jokowi tak berbasa-basi hari itu. Setelah bersalaman satu per satu dengan tim kumparan, ia langsung berkata, “Sebelum kalian bertanya, saya mau tanya dulu soal 21-22 Mei kemarin. Menurut pendapat kalian, bagaimana peristiwa itu?”
Kerusuhan 21-22 Mei yang menelan delapan korban tewas dan notabene terjadi di tengah bulan suci Ramadhan, tampak mengganggu pikiran sang Presiden. “Peristiwa itu didesain. Ini (jadi perhatian) sangat serius,” ujarnya dengan raut kaku.
Kala kami menyambung perbincangan soal kerusuhan dengan ancaman pembunuhan terhadap lima tokoh (Menko Polhukam Wiranto, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Kepala BIN Budi Gunawan, Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen Gories Mere, dan satu pemimpin lembaga survei), Jokowi spontan menaikkan alis, menyeringai tipis, lalu menceletuk setengah berkelakar, “Saya enggak (ikut jadi target).”
Dalam wawancara khusus sekitar 30 menit yang didampingi Sekretaris Pribadi Presiden Anggit Noegroho dan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin, Jokowi bicara ragam hal. Mulai kerusuhan yang bikin resah masyarakat, niatnya bertemu Prabowo Subianto yang belum terwujud, rencana “menggemukkan” koalisi partai pendukungnya, “perburuan” calon menteri untuk kabinet periode keduanya, hingga harga tiket pesawat yang sukar turun jelang Lebaran.
Berikut perbincangan tim kumparan—Pemimpin Redaksi Arifin Asydhad, Redaktur Pelaksana Ikhwanul Khabibi dan Anggi Kusumadewi, serta Redaktur Politik Ananda Teresia—bersama Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (29/5):
Presiden Jokowi berbincang dengan tim kumparan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Momen Ramadhan kali ini tercoreng kerusuhan 21-22 Mei. Bagaimana Anda melihatnya?
Kita semua tahu Ramadhan bulan yang penuh barokah, bulan penuh ampunan, bulan ketika pahala dilipatgandakan, sehingga harusnya kita ini berlomba-lomba dalam kebaikan. Kok yang muncul malah kerusuhan—perusuh-perusuh, penjarah. Saya kira seluruh masyarakat pasti sangat sangat tidak senang dan menyayangkan peristiwa kemarin.
Tetapi peristiwa seperti itu pasti didesain. Yang paling sedih itu ya rakyat jadi korban. Termasuk pedagang-pedagang kecil banyak yang dijarah.
Padahal tantangan kita ke depan ini banyak. Tantangan ekonomi harus kita hadapi untuk berkompetisi dengan negara-negara lain. Sebetulnya itu pekerjaan besar kita. Jadi jangan sampai itu berbelok ke soal ancaman pembunuhan, masalah kerusuhan.
Negara kita ini negara hukum, sehingga kita tidak berikan toleransi, tidak berikan ruang, pada siapa pun perusuh untuk berperilaku di luar konstitusi kita.
Apakah situasi saat ini masih terhitung berbahaya? Sebab kepolisian menyebut empat pejabat negara dan satu pemimpin lembaga survei menjadi target pembunuhan.
Soal ancaman pembunuhan itu percayakan pada aparat penegak hukum. Jelas kita di negara hukum. Yang penting masyarakat tetap tenang. TNI dan Polri akan terus memberikan jaminan keamanan pada seluruh rakyat. Polri sudah menangkap para tersangka yang berusaha membunuh.
Betul, eksekutor lapangan ditangkap. Tapi bagaimana dengan dalangnya? Ada kabar sekelompok purnawirawan TNI terlibat. Ini cukup meresahkan.
Semua dikejar. Operator lapangannya siapa, dalangnya siapa, sutradaranya siapa. Semua akan diusut tuntas.
Tak bakal ada toleransi apa pun bagi siapa pun yang terbukti menjadi dalang? Siapa pun nama yang muncul nanti?
Ya. Polisi terus mengejar dan menginvestigasi itu.
Anda tentu sudah menerima informasi soal sutradara di balik kerusuhan itu?
Ya. Nanti semua diberi tahu dari kepolisian
Apakah TNI dan Polri tetap solid meski terdapat purnawirawan alias senior mereka terlibat aksi kerusuhan?
Ya. Kemarin waktu 21-22 Mei kan kelihatan sekali kekompakan TNI dan Polri di lapangan. Semua masih baik. Yang paling penting: semua harus berkomunikasi untuk mencari titik temu demi kepentingan yang lebih besar—untuk negara dan rakyat. Sehingga posisi kita jelas: negara kita (berpedoman pada) konstitusi.
Jokowi mengunjungi Prabowo di Hambalang, Oktober 2016. Foto: Dok. Biro Setpres
Soal komunikasi, bagaimana perkembangan rencana pertemuan Anda dengan Prabowo?
Kita kan ingin merangkul seluruh elemen masyarakat yang selama ini berbeda pilihan. Kita menghargai perbedaan pilihan. Kita hargai itu untuk bersama-sama membangun negara ini. Sudah sejak habis coblosan, saya sampaikan (niat) bertemu Pak Prabowo. (Tapi) saya kan belum bertemu (Prabowo).
Jusuf Kalla disebut menjadi mediator. Jadi dengan peran Pak JK, apakah kini sudah ada respons dari Prabowo?
Pak JK kan sudah bertemu. Tapi saya belum bertemu (Prabowo).
Apa saja hasil pertemuan Prabowo dengan JK?
Ya intinya agar perbedaan pilihan itu sudah, kita akhiri. Mari kita bersama-sama membangun negara ini.
Respons Prabowo dalam pertemuan itu bagaimana?
Positif.
Apakah artinya pertemuan Anda dengan Prabowo tinggal masalah waktu?
Ya, belum ketemu saja. Nanti tahu-tahu kan ketemu.
Rapat kabinet persiapan Ramadhan dan Idul Fitri. Foto: Jihad Akbar/kumparan
Soal menteri yang terseret kasus di KPK, apakah sudah menjadi bahan evaluasi?
Pasti. Setiap terjadi (menteri dikaitkan dengan kasus hukum), langsung detik itu juga saya panggil (menteri yang bersangkutan untuk) menjelaskan keadaannya seperti apa. Masalahnya apa.
Hal itu mengganggu jalannya pemerintahan, tidak?
Kita bekerja seperti biasa—semua (menteri). Pekerjaan kita ini banyak sekali.
[Jokowi memegang lembar-lembar kertas di hadapannya dengan pena terselip di tangan.]
Apakah bakal ada reshuffle kabinet?
Belum.
Soalnya ada selentingan akan ada reshuffle usai Lebaran?
Habis Lebaran kan halalbilhalal, hahahaa...
Apakah reshuffle pada pekan sesudah halalbihalal, atau kapan kira-kira?
Belum, belum.
Jokowi dan Agus Harimurti Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Kamis (2/5). Foto: ANTARA/Wahyu Putro
Kelihatannya akan ada partai merapat ke koalisi 01, berhubung belakangan Anda sudah beberapa kali bertemu dengan Agus Harimurti Yudhoyono (Komandan Satuan Tugas Bersama untuk Pilpres Partai Demokrat) dan Zulkifli Hasan (Ketua Umum PAN)?
Saya selalu terbuka bagi siapa pun untuk bekerja sama atau bersama-sama membangun negara ini. Untuk siapa pun tanpa kecuali, dengan catatan punya visi sama memajukan negara.
Jadi dari beberapa pertemuan itu, apakah visinya sudah bertemu?
Hampir.
Apakah hal-hal yang belum cocok atau menghambat?
Enggak menghambatlah ya. Kita menyamakan visi saja.
Kalau jadi bergabung, tentu ada konsekuensi politik. Apakah mereka akan masuk kabinet atau misal menjadi pemimpin DPR/MPR?
Bisa dua-duanya. Di DPR bisa, di MPR bisa, di kabinet bisa. Semua ruang ada.
Misal Gerindra di kemudian hari mendekat, juga akan diterima?
Saya kan sudah bilang: siapa pun.
Tapi kalau semua partai yang mendekat diterima, enggak ada oposisi dong?
Itu bagus, dalam artian kalau bikin dan revisi undang-undang bisa cepat. Kerja lebih cepat, membangun juga bisa lebih cepat.
Tapi dalam demokrasi pasti ada checks and balances, jadi lebih baik ada keseimbangan antara yang di luar dan di dalam (pemerintahan). Ada yang mengontrol, mengkritisi, itu baik.
Kalau masuk (pemerintahan) semua ya gimana? Tapi masa kita menutup (diri dari partai yang mendekat)? Kan enggak. Jadi saya sampaikan: saya terbuka untuk siapa pun. Bila visinya ternyata belum nyambung, ya itu (bagian dari) perbedaan.
Partai-partai pendukung Anda keberatan tidak bila ada partai lain ikut bergabung?
Saya belum bicara itu. Saya masih mengajak berbicara ketua-ketua partai koalisi.
Sejauh ini, sinyal dari parpol pendukung Anda atas kehadiran partai tambahan di koalisi bagaimana?
Yaa… kuning ijo-lah.
[Jokowi tersenyum.]
Ada yang kuning, ada yang ijo, ada yang merah juga. Itu tugas saya untuk meyakinkan (parpol) bahwa ini baik untuk negara dan rakyat. Tugas saya kan itu.
Presiden Jokowi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Apa beda kabinet Jokowi-JK dengan Jokowi-Ma’ruf Amin nanti?
Setiap periode itu butuh karakter menteri yang berbeda, sesuai tantangan yang ada. Menurut saya, yang kita butuhkan sekarang ini adalah karakter menteri yang eksekutor.
Eksekutor kuat, atau kuat di eksekusi. Dia harus mampu mengeksekusi (kebijakan). Lima tahun ini kan (penekanannya pada pembangunan) infrastruktur, lima tahun ke depan bergeser ke pembangunan SDM.
Artinya harus lebih berani?
Iya.
Apakah bakal lebih banyak dari kalangan profesional?
Orang partai yang profesional juga banyak. Orang profesional (nonpartai) yang bagus juga banyak. Pilihan-pilihan kita banyak.
Tapi ke depan, menurut saya, kita akan berikan ruang ke yang muda-muda. Mungkin nanti ada menteri umur 20-an tahun, enggak usah kaget. Menteri 25 tahun, enggak usah kaget. Menteri 30 tahun, enggak usah kaget.
Karena memang tantangan yang kita hadapi sekarang ini berbeda, sehingga memerlukan menteri yang energik, dinamis, cepat merespons perubahan, cepat memutuskan, cepat mengeksekusi—tapi tepat.
Jadi akan banyak wajah muda?
Ya, warna yang muda-muda.
Apa kriteria spesifik menteri pilihan Anda selain eksekutor kuat tadi?
Eksekutor kuat, manajerial kuat, punya integritas, yang terakhir punya loyalitas.
Ketua Umum HIPMI Bahlil Lahadalia. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
Anda sempat memuji Ketua Umum HIPMI Bahlil Lahadalia dan menyebutnya cocok jadi menteri. Apakah di kantong Anda saat ini ada Bahlil-Bahlil lain?
Ya, boleh kan (memuji), spontan saja. Seperti tadi saya omong, (butuh menteri yang) muda, energik, dinamis, eksekutor. Kita lihat, wah Adinda Ketua (HIMPI) ini bolehlah.
Minggu (26/5), pada acara buka puasa bersama pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jokowi menyebut Bahlil cocok menjadi menteri karena ia pintar membawakan suasana, serta memiliki kemampuan manajerial dan eksekutorial yang bagus. Jokowi juga berucap, jangan kaget kalau Bahlil terpilih jadi menteri.
Bahlil sepanjang Pemilu 2019 ini ikut berkontribusi membantu Jokowi. Ia duduk sebagai Direktur Penggalangan Pemilih Muda di Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf.
Ada kandidat menteri lain yang Anda taksir?
Banyak. Habis Lebaran dikeluarinlah satu-satu (nama) kandidatnya.
Kalau di kabinet sekarang, menteri yang masuk kategori eksekutor contohnya siapa?
Siapa, ya...? Basuki. Dia itu eksekutor.
Basuki Hadimuljono ialah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Selain Pak Basuki?
Satu dulu itu aja contohnya.
Presiden Jokowi dalam wawancara dengan tim kumparan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Pada 2014, Anda membentuk tim khusus untuk menyeleksi menteri, yakni Tim Transisi. Apakah sekarang ada tim serupa?
Sama. Sekarang nggak pakai “transisi”, tapi ada tim yang menggodok (nama-nama kandidat menteri).
Siapa yang memimpin tim seleksi menteri itu?
Presiden.
KPK juga dilibatkan lagi dalam seleksi menteri baru?
Ya, sebab penyaringan itu perlu informasi. Dari KPK perlu, dari PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) juga perlu.
Jokowi di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Foto: Dok. Biro Pers Setpres
Anda bilang tadi fokus lima tahun ke depan adalah pembangunan sumber daya manusia. Apakah artinya ada kemungkinan membentuk kementerian baru?
Bisa saja, ini baru disiapkan. Misalnya kemarin (dibahas) Kementerian Ekspor, Kementerian Investasi, Kementerian Digital Ekonomi. Karena ini tantangannya sudah berbeda. Masa sudah berpuluh-puluh tahun kementeriannya itu-itu saja.
Negara kita ini negara besar, jangan dibandingkan dengan negara kecil. Menteri sendiri saja mungkin enggak mampu, harus ditambah wakil menteri. Wakil menteri pun bisa tidak cuma satu, tapi dua. Karena ini negara besar, penduduknya banyak, tersebar di 17 ribu pulau. Gede banget itu.
Jadi akan ada revisi aturan terkait nomenklatur kementerian?
Bisa saja. Kalau memang diperlukan, kenapa tidak?
Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta. Foto: AFP/Adek Berry
Musim mudik sudah tiba, tapi harga tiket pesawat tetap tak bisa dibilang terjangkau. Bagaimana tanggapan Anda?
Ya, itu sudah diturunkan, hanya tidak kembali ke harga semula. Kita punya pilihan-pilihan, bisa lewat darat, laut, udara. Bisa pakai bus atau mobil pribadi.
Kembali soal tiket, harga batas atas dan batas bawah selalu dievaluasi. Saya sudah sampaikan ke Menhub untuk terus dievaluasi. Sama minta sampaikan ke maskapai untuk lebih efisien dan kompetitif dalam memberikan harga ke masyarakat.
Mungkin kompetisinya kurang banyak. Kita akan perbanyak kompetisi sehingga mereka (maskapai) akan semakin efisien.
Jadi mesti buka peluang agar lebih banyak maskapai beroperasi di Indonesia?
Iya, untuk kompetisi yang sehat. Semakin banyak kompetisi, semakin efisien. Yang diuntungkan masyarakat. Karena apa pun, dalam konektivitas antarpulau ini kan yang paling berperan adalah pesawat.
Kita harapkan semua maskapai bisa terbang ke daerah-daerah. Jadi ekonomi daerah juga akan tumbuh. Karena daerah-daerah, terutama yang berkaitan dengan sektor pariwisata, agak sedikit terganggu (dengan harga tiket pesawat yang tinggi).
Saya mendapatkan keluhan semacam itu dari Bali, juga Bangka Belitung. Tapi kita juga kan enggak bisa maksa-maksa perusahaan untuk turunkan (harga sampai) sekian. Enggak bisa. Mereka juga punya hitungan dan kalkulasi.
Presiden Jokowi berbincang dengan Pemred kumparan Arifin Asydhad. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Soal indikasi penurunan perekonomian, bagaimana antisipasi pemerintah?
Semua negara mengalami tekanan ekonomi karena memang ekonomi global memiliki ketidakpastian yang tinggi. Kita akan terus konsentrasi meningkatkan investasi dan ekspor, karena jumlah pertumbuhan ekonomi kita di situ.
Karena kalau hanya mengandalkan APBN, itu hanya 20-30 persen dari jumlah ekonomi kita. (Kita upayakan) investasi bisa masuk sebanyak-banyaknya, ekspor bisa ditingkatkan—tapi (masalahnya) pasarnya baru turun dan lesu; jadi lebih konsentrasi ke investasi. Atau substitusi barang impor yang kita impor ini segera kita produksi sendiri, tidak usah impor.
Apa kunci meningkatkan investasi?
Satu, infrastruktur. Dua, pembangunan SDM. Tiga, yang kita kerjakan secara paralel, reformasi birokrasi dan reformasi struktural—penyederhanaan kelembagaan dan percepatan perizinan investasi. Itu kuncinya.
Jadi enggak usah pakai marketing, mereka (investor) datang, asal kuncinya itu: (izin) cepat.
Omong-omong, tahun ini Anda berlebaran di mana?
Di Jakarta. Hari pertama di Jakarta.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten